3 Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi 4. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi 5. Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah nasional, keragaman suku bangsa serta kegiatan ekonomi di Indonesia 6.
views Peranan Gereja dalam Kemajemukan Agama Oleh Hendrik Nyoman Wahini Sekolah Tinggi Immanuel Nusantara Pendahuluan Dalam lingkup kehidupan warga Negara, adanya kemajemukan agama adalah hal yang sangat sulit untuk di hadapi dalam suatu Negara. Contoh konkret adalah Negara Indonesia. Indonesia memiliki 5 kepercayaan agama; yaitu agama Kristen, Hindu, Budha, Kong Hu cu, dan Muslim. Dari ke-5 kepercayaan tersebut, Pentingnya Peranan Gereja Terhadap Kemajemukan Agama di Indonesia sangat dibutuhkan untuk pekabaran Injil karena sudah seharusnya gereja mengemban misi Allah untuk menyelamatkan semua umat manusia sesuai dengan Injil Matius 2819-20. Karena itu pergilah jadikanlah semua bangsa muridKu dan Baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman. Dari Pernyataan Yesus Kristus inilah gereja di Indonesia harus berani bersaksi kepada non Kristen supaya banyak orang diselamatkan. Hubungan Gereja dan masyarakat Indonesia Indonesia bukanlah Negara teokrasi, bukan Negara agama atau yang berdasarkan pada suatu agama tertentu. Melainkan Negara kesatuan yang berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Pancasila sebagai landasan idiil dan Undang-undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional secara tegas menyatakan bahwa Negara menjamin kebebasan setiap penduduk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu. Sehingga dapat menghasilkan Negara yang berdaulat, makmur, dan sentosa. Dari jumlah penduduk yang sedemikian besar dengan berbagai agama dan aliran kepercayaannya adalah realitas yang sekaligus tantangan yang harus di perhitungkan oleh gereja dalam menempatkan diri dan menjalankan misinya di Indonesia.[1] 2. Realitas Yang Dihadapi Gereja Di Tengah-tengah Keberagaman Agama Undang-undang Dasar 1945, khususnya pasal 29 memberikan rumusan yang sangat jelas sekali dalam hubungannya dengan keberagamaan di Indonesia Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya dan kepercayaanya itu. Rumusan Pasal 29 ayat 1, 2 Yang sangat singkat dan padat ini memang mengasumsikan adanya jaminan serta kebebasan bagi warga Negara untuk melaksanakan ibadatnya dengan berbagai fasilitas yang di butuhkan untuk mendukung peribadahan itu namun tidak secara eksplisit mengungkapkan adanya kebebasan untuk berganti/bertukar/pindah agama. Sepanjang sejarah agama dapat memberi sumbangsih positif bagi masyarakat dengan memupuk persaudaraan saling menghargai, menghormati dan semangat bekerjasama antar anggota masyarakat. Akan tetapi realitas yang terjadi khususnya di daerah Poso, perang antar agama Islam vs Kristen masih terlihat di beberapa desa, hal ini mengakibatkan banyaknya pertumpahan darah. Dan sampai saat ini pemerintah setempat masih berusaha mencari solusi untuk permasalahan tersebut. Penyebab Terjadinya Konflik Antar Agama Di Indonesia Menurut Drs. Hendropuspito seorang tokoh Filsafat mengemukakan bahwa paling tidak ada empat hal pokok sebagai sumber konflik sosial yang bersumber dari agama. Hendropuspito, menyoroti konflik antar kelompok masyarakat Islam – Kristen di Indonesia, dibagi dalam empat hal, yaitu Perbedaan Doktrin dan Sikap Mental Semua pihak umat beragama yang sedang terlibat dalam bentrokan masing-masing menyadari bahwa justru perbedaan doktrin itulah yang menjadi penyebab dari benturan sadar atau tidak, setiap pihak mempunyai gambaran tentang ajaran agamanya, membandingkan dengan ajaran agama lawan, memberikan penilaian atas agama sendiri dan agama lawannya. Dalam skala penilaian yang dibuat subyektif nilai tertinggi selalu diberikan kepada agamanya sendiri dan agama sendiri selalu dijadikan kelompok patokan, sedangkan lawan dinilai menurut patokan itu. Agama Islam dan Kristen di Indonesia, merupakan agama samawi revealed religion, yang meyakini terbentuk dari wahyu Ilahi Karena itu memiliki rasa superior, sebagai agama yang berasal dari Tuhan. Karena hal itulah yang mempengaruhi faktor perbedaan doktrin dan sikap mental dan kelompok masyarakat Islam dan Kristen punya andil sebagai pemicu konflik. Perbedaan Suku dan Ras Pemeluk Agama Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan ras dan agama memperlebar jurang permusuhan antar bangsa. Perbedaan suku dan ras ditambah dengan perbedaan agama menjadi penyebab lebih kuat untuk menimbulkan perpecahan antar kelompok dalam masyarakat. Contoh di wilayah Indonesia, antara Suku Aceh dan Suku Batak di Sumatera Utara. Suku Aceh yang beragama Islam dan Suku Batak yang beragama Kristen; kedua suku itu hampir selalu hidup dalam ketegangan, bahkan dalam konflik fisik sering terjadi, yang merugikan ketentraman dan keamanan. Di beberapa tempat yang terjadi kerusuhan seperti Situbondo, Tasikmalaya, dan Rengasdengklok, massa yang mengamuk adalah penduduk setempat dari Suku Madura di Jawa Timur, dan Suku Sunda di Jawa Barat. Sedangkan yang menjadi korban keganasan massa adalah kelompok pendatang yang umumnya dari Suku non Jawa dan dari Suku Tionghoa. Jadi, nampaknya perbedaan suku dan ras disertai perbedaan agama ikut memicu terjadinya konflik. Perbedaan Tingkat Kebudayaan Agama sebagai bagian dari budaya bangsa manusia. Kenyataan membuktikan perbedaan budaya berbagai bangsa di dunia tidak sama. Secara sederhana dapat dibedakan dua kategori budaya dalam masyarakat, yakni budaya tradisional dan budaya modern. Kelompok masyarakat setempat memiliki budaya yang sederhana atau tradisional sedangkan kaum pendatang memiliki budaya yang lebih maju atau modern. Karena itu bentuk rumah gereja lebih berwajah budaya Barat yang mewah. Perbedaan budaya dalam kelompok masyarakat yang berbeda agama di suatu tempat atau daerah ternyata sebagai faktor pendorong yang ikut mempengaruhi terciptanya konflik antar kelompok agama di Indonesia. Penutup Agama Kristen di Indonesia adalah agama yang minoritas, dan sebagai agama yang minoritas Gereja harus memahami bahwa eksistensinya hidup berdampingan di tengah-tengah kemajemukan agama. Gereja harus memberikan dasar-dasar teologis-dogmatis dan sikapnya terhadap agama lainnya. Sedangkan disisi lain gereja harus memahami dan mengerti tentang keberadaan, dasar-dasar kehidupan agama lain, dan sedapat mungkin mengenal ajaran agama lain. Atas dasar itulah gereja dan orang kristen dapat mengambil sikap praktis, bagaimana hidup bersekutu, melayani dan bersaksi di tengah-tengah kemajemukan agama dan penganut agama lain. Dalam pemahaman inilah gereja melakukan tugas dan panggilannya sebagai garam dan terang dunia. Dalam hal ini gereja senantiasa memberikan pemahaman terhadap umatnya. Dan sebagai warga gereja, adalah suatu keharusan untuk menghargai, menghormati, dan berusaha menjadi berkat bagi agama lain. Referensi Alkitab. 2014. Jakarta Lembaga Alkitab Indonesia Dewi S. 2000. Hubungan Gereja dan negara. Jakarta BPK Gunung Mulia. Soetarman, SP. 1993. Fundamentalisme agama-agama dan teknologi. Jakarta BPK Gunung Mulia. Wlliam, C. 2002. Pluralisme, konflik & Pendidikan agama di Indonesia. Yogyakarta Pustaka Pelajar. [1] Dewi SRI, Hubungan Gereja Dan Negara, Antalya Rileni Sudeco, Medan2000, Hal 165-166
SitusKumpulan Bahan Reformed KRISTEN TENTANG EKONOMI (1) Peristiwa yang belum lama ini menimpa Indonesia dan kawasan Asia Timur dalam bidang ekonomi dan politik, tepat bila dinilai sebagai pengukuhan kebenaran firman yang diucapkan Tuhan Yesus dalam perumpamaan-Nya "dua macam dasar" (Mat. 7:24-27).
- Konsili Vatikan II adalah upaya awal gereja Katolik dalam menerima dan menghargai keberagaman di muka bumi, termasuk perbedaan agama. Momen tersebut dibuka secara resmi pada 11 Oktober 1962, tepat hari ini 57 tahun lalu. Kala itu warga Italia membanjiri Lapangan Santo Petrus, Vatikan. Mereka rela berdesakan demi bisa melihat iring-iringan uskup yang datang dari seluruh dunia dalam rangka menghadiri Konsili Vatikan II selanjutnya disebut Vatikan II, pertemuan yang digagas Paus Johanes XXIII untuk mendiskusikan kembali peranan gereja Katolik di dunia. Monsignor John Strynkowski yang sempat diwawancara BBC menganggap Vatikan II sebagai pertemuan keagamaan terpenting pada abad ke-20. Tanpanya, gereja Katolik hanya akan jadi institusi yang stagnan dan tidak mampu memberikan dampak positif yang maksimal bagi umat manusia. “Tak perlu diragukan lagi bahwa Konsili Vatikan II adalah momen revolusioner. Waktu itu Eropa masih memulihkan diri dari Perang Dunia II. Di samping itu, masih banyak ketidakpastian lantaran Perang Dingin juga sempat terjadi. Sejumlah negara di Asia dan Afrika pun ada yang baru merdeka. Johanes XXIII muncul dengan ide briliannya untuk memanggil seluruh uskup dan mengajak mereka berdiskusi bersama dalam menghadapi tantangan zaman,” katanya kepada jurnalis BBC. Pendapat serupa diungkap penulis The Voice of Vatican II Words for Our Church Today 2012, Peter Kepada NPR ia berkata, "Sebelum Vatikan II, gereja tampak sebagai institusi yang saklek, tak tersentuh, dan hanya fokus pada stabilitas internal. Mereka memaknai relasi dengan dunia luar hanya dalam konteks aktivitas misionaris." Johanes XXIII ingin mengubah hal tersebut dan menyebut Vatikan II sebagai persiapan gereja dalam menghadapi dunia modern. Gereja ingin lebih terbuka dan terlibat dalam berbagai isu yang merebak di kehidupan sosial. Persiapan itu berlangsung dalam kurun waktu yang cukup panjang dan, menurut Stynkowski, penuh perdebatan alot. Kaum konservatif atau Katolik tradisionalis menentang rencana tersebut. Golongan ini menganggap pembaruan yang diperbincangkan dalam Vatikan II malah mencoreng nilai luhur gereja. Sidang Vatikan II selesai pada Desember 1965 dan menghasilkan 16 pedoman bagi para tokoh Katolik untuk menjalankan peran dalam kehidupan menggereja. Pedoman dirumuskan dari sidang yang diadakan setahun sekali selama tiga tahun berturut-turut dan masih diterapkan sampai hari ini. Hal-hal yang diatur di antaranya adalah makna dan peran gereja, tata ibadah, pendidikan agama, pelayanan para imam, tugas uskup dalam gereja, pembinaan iman, kerasulan awam, upaya komunikasi sosial, kebebasan beragama, dan hubungan gereja dengan agama non-Nasrani. Elemen Revolusioner Vatikan II Ada beberapa hal yang dianggap sangat berarti dalam pembaruan sistem gereja Katolik. Pertama, penggunaan bahasa dalam perayaan ekaristi. Sebelum Vatikan II, misa di seluruh dunia hanya boleh dibawakan dalam bahasa Latin. Bagi Stynowski dan mungkin pastur non-Italia lain, keputusan ini adalah salah satu keputusan krusial. “Sebagian besar orang menganggap kewajiban menggunakan bahasa Latin adalah keputusan yang tidak didasari rasa pengertian,” tutur Stynowski. Hal berikutnya yang dianggap paling revolusioner adalah pandangan gereja terhadap agama lain, terutama Yahudi dan Islam. Nostra Aetate, dokumen Vatikan II yang mengatur relasi antaragama, menyebut bahwa gereja Katolik menghargai aliran kepercayaan lain dan berniat membangun dialog dan relasi atas dasar cinta kasih. Terkait anggapan kepada kaum Yahudi, gereja Katolik menyesali antisemitisme dan tidak menyalahkan atau membenci seluruh umat Yahudi atas kejadian pada masa lampau tertulis di kitab suci bahwa kematian Yesus terjadi akibat ulah orang-orang Yahudi. Tak semua orang sepakat terhadap keputusan tersebut. Huffington Post pernah mewawancarai seorang tokoh golongan Katolik tradisionalis, Bernard Fellay, yang menyebut bahwa Yahudi adalah musuh gereja. Dukungan orang Yahudi terhadap keputusan Vatikan II dipandang sebagai hal yang sengaja dibuat untuk menguntungkan mereka, bukannya menguntungkan gereja. Fellay akhirnya merevisi pendapatnya dengan bilang bahwa pihak yang jadi musuh gereja katolik adalah mereka yang tidak sepakat dengan konsep keselamatan dunia akhirat. Perihal perlakuan diskriminatif institusi gereja Katolik terhadap Yahudi memang sempat terjadi sebelum Vatikan II dan pelakunya adalah Paus sendiri. Jurnalis Vanity Fair, John Cornwell, pernah menulis naskah yang sangat komprehensif soal hubungan Paus Pius Eugenio Pacelli dengan Hitler. Artikel “Hitler’s Pope” yang terbit pada Oktober 1999 mengisahkan perkenalan dua orang itu kala Eugenio Pacelli bertugas sebagai diplomat Vatikan di Jerman, negara Eropa barat dengan populasi umat Katolik terbesar pada awal abad ke-20. Ketika Hitler baru berkuasa, ia memberi Pacelli keleluasaan dalam membuat aturan tentang peranan gereja Katolik di Jerman salah satunya terkait institusi pendidikan. Dan itulah yang diinginkan Pacelli. Sebagai balasannya, Hitler meminta Pacelli membuat aturan yang melarang institusi Katolik terlibat atau ikut campur dalam urusan politik. Infografik Mozaik Konsili Vatikan II. Ketika Pacelli diangkat jadi Paus, ia pun diam melihat pasukan Hitler membunuh orang-orang Yahudi. Ia tidak berkutik kala ada pendeta yang dipenggal kepalanya. Ia pun tidak langsung bertindak tegas serta membuat keputusan baru kala perwakilan dari institusi Yahudi meminta bantuan kepadanya untuk membantu menghentikan kekerasan yang dilakukan Hitler. Tindakan Paus Pius bukan citra baik bagi gereja Katolik dan Paus Johanes XXIII, sebagai orang yang kerap menolong orang Yahudi keluar dari kesulitan, hendak mengubah hal itu. Ia ingin dunia punya pandangan baru soal persepsi gereja Katolik terhadap umat Yahudi. Setelah konsili Vatikan II disahkan, langkah konkret yang kerap dilakukan Paus terkait relasi antaragama adalah dialog. Artikel bertajuk “The 40th Anniversary of Vatican II examining Dominus Iesus, and contemporary issues for inter religious dialogue between Muslims and Catholics” 2014 karya Qamar-Ul Huda mencatat Paus Johanes Paulus II 1978-2005 kerap melakukan dialog antarumat beragama. Dalam kunjungan keagamaannya ia menyampaikan pesan bahwa umatnya juga butuh kasih sayang dan perhatian dari saudara-saudara non-Kristiani. Tak luput, ia juga menyampaikan bahwa gereja Katolik perlu menghargai hukum Islam dan menjaga hak kaum minoritas, hak kebebasan beragama, dan hak asasi manusia. Saat ini pertanyaan yang mengemuka adalah perlukah Vatikan III diadakan karena gereja Katolik semakin tidak populer, ditinggalkan kaum muda, dan minat orang untuk jadi pastor atau suster semakin menurun? - Sosial Budaya Penulis Joan AureliaEditor Ivan Aulia Ahsan MANUSIAKERAGAMAN dan KESETARAAN - . a.hakikat keragaman dan kesetaraan manusia. struktur masyarakat indonesia yang Memperjuangkan Keadilan - . pelajaran 11. beberapa macam paham mengenai keadilan. adil kalau semua bisa merasakan hal. KATEKESE : KOMPENDIUM KATEKISMUS GEREJA KATOLIK . HIDUP DALAM KRISTUS MARTABAT PRIBADI MANUSIA
Indonesia memiliki beragam suku, budaya, dan kepercayaan. Ada 6 agama di Indonesia yang perlu kamu ketahui. Yuk, simak penjelasan tentang sejarah, kitab suci, hari besar, dan tempat ibadahnya. — Ada enam agama yang diakui oleh pemerintah di Indonesia, antara lain Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Keenam agama ini diatur dalam TAP MPR Nomor 1 Tahun 1965 dan UU Nomor 5 Tahun 1969. Saat ini, Islam menjadi agama mayoritas penduduk di Indonesia dengan jumlah penganutnya sekitar 87,2 persen. Sementara itu, agama Kristen memiliki pengikut sekitar 6,9 persen, Katolik sekitar 2,9 persen, Hindu sekitar 1,7 persen, Budha sekitar 0,7 persen, dan Konghucu sekitar 0,05 persen. Tahukah kamu arti “Bhinneka Tunggal Ika” yang jadi semboyan bangsa kita? Betul sekali, arti semboyan tersebut adalah berbeda-beda, tetapi tetap satu jua. Tentu kamu juga setuju bahwa “Bhinneka Tunggal Ika” sangat merepresentasikan keadaan Indonesia. Bahkan, frasa tersebut juga tertulis di pita yang digenggam burung Garuda Pancasila, lambang negara kita. Tetapi, mengapa ada semboyan tersebut? Yuk, baca ulasan ini! Bhinneka Tunggal Ika mewakili keadaan bangsa Indonesia yang terdiri atas beragam kebudayaan dan perbedaan, salah satunya sistem kepercayaan dan agama. Memangnya, ada berapa sih agama yang dianut di Indonesia? Lalu, mengapa kok bisa ada beragam agama di Indonesia? Dengan adanya banyak agama ini, pemerintah pun memberikan hak kepada warga negaranya untuk memilih sendiri agama yang ingin dianut secara merdeka. Lebih lanjut, kemerdekaan memilih agama dan sistem kepercayaan ini diatur dalam UUD NRI 1945 Pasal 28 ayat 1 dan 2. Adanya aturan ini memberikan makna bahwa setiap manusia bebas memilih dan melaksanakan ajaran agama menurut keyakinan dan kepercayaannya. Dengan kata lain, tidak boleh ada unsur pemaksaan dalam memilih agama yang diinginkan. Baca Juga Karakteristik Negara Maju dan Berkembang Macam-Macam Agama di Indonesia Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya ya, ada 6 agama di Indonesia yang diakui oleh pemerintah. Yuk, simak penjelasan lengkapnya satu per satu. 1. Islam Agama Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-7 atau 8 melalui para pedagang dari Arab dan Persia. Islam terus berkembang hingga kini menjadi kepercayaan yang dianut mayoritas penduduk Indonesia. Kitab suci Al-Quran Nama Nabi Nabi Muhammad SAW Hari Besar Idul Fitri, Idul Adha, Tahun Baru Hijriah, Isra’ Mi’raj Tempat Ibadah Masjid 2. Katolik Agama Katolik pertama kali muncul di kepulauan Maluku. Agama ini dibawa oleh bangsa Portugis ke Indonesia, yang saat itu datang untuk mencari rempah-rempah. Rakyat Maluku pun menjadi penganut pertama dari agama Katolik di Indonesia. Kitab Suci Alkitab Nama Pembawa Yesus Kristus Hari Besar Natal, Jumat Agung, Kenaikan Isa Almasih, Paskah Tempat Ibadah Gereja 3. Kristen Protestan Agama Kristen Protestan muncul pertama kali di Belanda pada abad ke-16 yang dipengaruhi oleh ajaran Calvinisme dan Lutheran. Kristen Protestan pun masuk ke Indonesia bersama para penjajah dalam misi Gospel. Kitab Suci Alkitab Nama Pembawa Yesus Kristus Hari Besar Natal, Jumat Agung, Kenaikan Isa Almasih, Paskah Tempat Ibadah Gereja 4. Hindu Hindu pertama masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan. Bangsa Cina dan India membawa agama Hindu diperkirakan pada awal abad keempat, ditandai dengan berdirinya kerajaan Kutai dan Tarumanegara. Hindu menjadi salah satu agama tertua di Indonesia. Kitab Suci Weda Nama Pembawa – Hari Besar Nyepi, Saraswati, Pagerwesi Tempat Ibadah Pura 5. Budha Sama seperti Hindu, Budha pun agama tertua di Indonesia. Agama Budha masuk pada abad kelima masehi, terlihat dari peninggalan prasasti yang ditemukan. Diperkirakan, Budha dibawa oleh pengelana Fa Hsien yang berasal dari China. Agama ini pun berkembang dengan banyaknya kerajaan Budha, seperti Sriwijaya. Bahkan, Sriwijaya menjadi pusat pengembangan agama Budha di Asia Tenggara hingga tahun 1377. Kitab Suci Tripitaka Nama Pembawa Sidharta Gautama Hari Besar Waisak, Asadha, Kathina Tempat Ibadah Vihara 6. Konghucu Agama Konghucu berasal dari ajaran Konfusius atau Konfusianisme. Agama ini pertama kali muncul di Indonesia pada abad ke-17. Salah satu buktinya adalah terdapat bangunan tua di Pontianak yang digunakan sebagai tempat pemujaan bagi para penganut agama Konghucu. Kitab Suci Si Shu dan Wu Ching Nama Pembawa Kong Hu Cu Hari Besar Imlek, Cap Go Meh Tempat Ibadah Li Tang/ Klenteng Mengapa Ada Beragam Agama di Indonesia? Pernahkah kamu berpikir mengapa Indonesia memiliki banyak sistem kepercayaan dan agama? Apa yang menyebabkan ada enam agama yang ada di Indonesia? Mengapa tidak hanya satu agama saja yang boleh dianut di Indonesia? Ternyata, semua itu ada jawabannya, lho, teman-teman! Berikut penjelasan penyebab keberagam agama di Indonesia. Secara geografis, Indonesia memiliki letak yang sangat strategis. Bangsa kita terletak di antara dua samudra, yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Selain itu, ada dua benua yang mengapit Indonesia, antara lain Benua Asia dan Benua Australia. Posisi ini menjadikan Indonesia di jalur perdagangan dunia, sehingga banyak pedagang dari bangsa lain datang ke Indonesia. Hal ini memungkinkan terjadinya penyebaran agama di Indonesia. Baca Juga Letak Geografis dan Astronomis Indonesia serta Pengaruhnya Selain itu, sejarah mencatat Indonesia pernah dijajah oleh bangsa Eropa. Dengan kekayaan alam yang dimiliki, bangsa Eropa datang ke Indonesia mencari rempah-rempah. Namun ternyata, mereka tak semerta-merta mengambil kekayaan Indonesia, melainkan memiliki misi sendiri dengan sebutan 3G Gold, Glory, dan Gospel. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, Gospel berarti nyanyian atau lagu gerejawi. Misi Gospel para penjajah adalah untuk menyebarkan agama. Namun, kunci penting banyaknya agama ini ternyata ada di sifat terbuka bangsa Indonesia. Menurut artikel yang dipublikasikan Okezone dengan judul “Inilah Faktor Penyebab Keragaman Agama di Indonesia”, bangsa Indonesia memiliki sikap terbuka terhadap hal-hal baru. Tanpa sikap keterbukaan ini, akan sulit menghadirkan keberagaman agama di Indonesia. Penyebaran agama dan penerimaan terhadap keberagaman agama pun mustahil bisa dilakukan. — Sekarang kamu sudah paham kan beragam agama di Indonesia? Yuk, kita hormati orang-orang di sekitar kita yang memiliki agama berbeda dengan sikap toleransi. Dengan sikap toleransi ini, maka keindahan akan tercipta. Semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” pun semakin kuat pada bangsa Indonesia. Selain agama, Indonesia juga memiliki keanekaragaman lain lho, teman-teman! Yuk, baca keberagaman Indonesia di ruangbelajar tumbuhkan rasa toleransi dan menghargai atas perbedaan! Referensi Inilah Faktor Penyebab Keanekaragaman Agama di Indonesia [daring]. Tautan Inilah Faktor Penyebab Keragaman Agama di Indonesia Okezone Edukasi diakses pada 16 Februari 2022 6 Agama di Indonesia serta Kitab Suci dan Hari Besarnya [daring]. Tautan 6 Agama Di Indonesia Serta Kitab Suci Dan Hari Besarnya – Gramedia Literasi diakses pada 16 Februari 2022 Arti Gold, Glory, Gospel 3G Sejarah, Latar Belakang, & Tujuan [daring]. Tautan Arti Gold, Glory, Gospel 3G Sejarah, Latar Belakang, & Tujuan diakses pada 16 Februari 2022 Bagaimana Tionghoa dan Khonghucu di Mata Indonesia? [daring]. Tautan Bagaimana Tionghoa dan Khonghucu di Mata Indonesia? diakses 16 Februari 2022 Masuknya Kristen di Indonesia [daring] Tautan Masuknya Kristen di Indonesia – Historia diakses pada 16 Februari 2022 Sumber foto 6 Agama Di Indonesia Serta Kitab Suci Dan Hari Besarnya – Gramedia Literasi
AjaranGereja tentang Ekaristi Label: bina iman. Gereja Katolik yang kudus mengajarkan bahwa pada saat Konsekrasi dalam Misa, roti dan anggur di altar sungguh-sungguh menjadi Tubuh, Darah, Jiwa dan Ke-Allah-an Yesus Kristus. Roti dan anggur sudah tidak ada lagi, meskipun wujudnya dan sifatnya tetap roti dan anggur.

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Oleh Supriadi Purba Pendahuluan Sejak dunia ini ada, perbedaan telah menjadi sesuatu hal yang biasa. Apalagi konsep penciptaan manusia juga melahirkan dua jenis insan yang berbeda. Kemudian muncul perkembangbiakan yang melahirkan generasi masa berikutnya yang memiliki pola pemikiran berbeda sehingga melahirkan tradisi serta budaya yang berbeda. Tidak hanya berhenti sampai disitu saja, dalam hal meyakini ada sesuatu yang lebih tinggi dari manusia pun beranekaragam cara dan metode penyembahan. Puncaknya muncul Suku, Ras, Agama dan Antar Golongan, yang ketika pemahaman itu diabaikan maka akan muncul pertentangan yang berujung pada tragedy, perang dan puncaknya adalah ketidak percayaan antar sesama. Tulisan ini mengajak saudara-saudari tuk memandang dunia tidak sebelah mata melainkan dengan mata terbuka sehingga kearifan di dalam perbedaan tercapai sebagai mana manusia sesungguhnya sama adanya. Penjelasan Tidak bisa kita pungkiri masih banyak orang kristen masih menggunakan cara berpikir prakmatis dan apatis dalam memandang keberagaman yang ada. Sesungguhnya ini adalah ancaman bagi masa depan bangsa khususnya kekristenan itu sendiri. Disini saya menawarkan gagasan buat saudara-saudari bagaimana memandang kekristenan dari sudut yang paling terkecil dan seterusnya nanti kita akan melihat bagaimana memandang Negara hingga puncaknya melihat dunia dari perspektif kekristenan. Keberagaman yang ada pada dasarnya telah menjadi sesuatu yang memang harus ada karena manusia diciptakan memiliki pola, ragam cara bagaimana mengelola dunia dan melahirkan hasil yang hari ini kita bisa melihat jutaan dan bahkan lebih keberagaman yang ada. Hal-hal yang akan saya jelaskan dalam tulisan ini adalah simbol atau semboyan yang saya lihat penting untuk dijelaskan sebagai acuan memandang dunia. Sebagai mahasiswa yang aktif di GMKI, saya sudah cukup sudah cukup sering mendengarUt Omnes Unum Sintyang merupakan semboyan GMKI sendiri. Sebagai masyarakat Indonesia saya dianugrahi sebuah semboyan yang hingga hari ini menjadi dasar berpikir saya dalam memandang kebhinekaan yang Tunggal Ikasebuah semboyan yang memberikan harapan bagi orang-orang minoritas di negeri ini dan membangun sikap saling percaya. Selanjutnya adalah semboyan dari Amerika Serikat yang merupakan proses internasionalisasi dunia dengan konsepE Pluribus Unum. 1. Ut Omnes Unum Sint Yohanes 17 21 Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia GMKI sebagai salah satu organisasi mahasiswa yang ada sejak jaman penjajahan telah menerapkan semboyan Ut Omnes Unum Sint sebagai dasar bertindak dan memandang ke-Indonesia-an. Agar semua satu adanya beginilah pengertian singkat yang kemudian memperkenalkan bagaimana kita melihat keberagaman yang ada di dalam GMKI itu sendiri. Sebagai anak kandung Gereja, GMKI tentu memiliki anggota yang beranekaragam mulai dari denominasi Gereja, Suku, Kampus Universitas sampai pola berpikir. Ketika perbedaan menjadi pemandangan dalam tatanan organisasi maka sudah sepantasnya ada jembatan yang mampu merumuskan satu gagsan untuk dijadikan sebagai cara pandang bersama. Merumuskan Ut Omnes Unum Sint di GMKI sebagai Amsal atau Semboyan terkadang mendapat tantangan dari orang-orangnya sendiri yang memiliki sikap Eksklusif yang pada intinya adalah ancaman terbesar masa depan Organisasi ini. Hal ini menunjukkan tidak sepenuhnya Amsal GMKI dijadikan sebagai dasar berpikir sebagai mahasiswa yang merupakan anggota GMKI. Dengan demikian maka jelas bahwa dari sudut terkecil dari kehidupan ini perbedaan itu telah menjadi sesuatu yang lumrah dan telah ada sejak dulu. Sekarang bagimana kita memandang dari yang terkecil itu sendiri, sebut saja keragaman denominasi dan Gereja yang ada di Indonesia yang terkadang berbeda pandangan dalam melihat kekristenan itu sendiri. Sebagai mahasiswa GMKI tentu hal-hal yang terjadi di luar harus kita antisipasi dan GMKI harus mapu menjembatinya. Prinsip dasar dari Ut Omnes Unum Sint adalah mengajak kita untuk hidup dalam kebersamaan dan tetaplah hormat pada yang namanya Keberagaman. 2. Bhineka Tunggal Ika Indonesia merupakan satu Negara yang paling beragam di dunia. Keberagaman yang ada jikalau tidak dipelihara maka akan melahirkan gejolak yang akan mengancam masa depan bangsa. Jembatan yang telah dilahirkan oleh pendiri bangsa ini Sukarno Dkk merupakan keputusan akhir yang senantiasa mampu menjiwai dan memberikan harapan bukan hanya bagi kaum mayoritas namun bagi kaum minoritas, bukan hanya pada satu suku bangsa tetapi bagi suku bangsa yang lain, bukan hanya pada satu agama namun bagi agama yang lain. Jembatan ini yang sekarang menjadi roh negeri ini yang posisinya terkadang digugat oleh sekelompok orang yang radikal di negeri ini menjadi sakral karena dilandasi ketulusan hati oleh para perancang nya. Keberadaan jembatan itu sesungguhnya buah kreasi yang telah dirancang sejak awal dan bergambar kepada ahli besar negeri ini yakni Mpu Prapanca. Bhineka Tunggal Ika inilah jembatan yang merupakan penghubung orang kecil dengan orang besar, penghubung antar generasi. Semuanya adalah anugrah, keberagaman yang ada di Indonesia manjadi baik adanya karena di jaga oleh semboyan yang bergambar Burung Garuda. Dari Sabang sampai Marauke ribuan suku bangsa yang menghuni pulau-pulau yang menjadi kekayaan negeri ini. Suku bangsa yang mendiami kepulauan Indonesia juga beraneka ragam dalam hal keyakinan. Ada yang masih menggunakan keyakinan nenek moyang asli Kepercayaan Nenek Moyang selain penganut agama Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha serta Konghuchu. Hubungan yang terjadi antar Agama di Indonesia cukup memuaskan dikarenakan seringnya dialog yang dibangun sebagai kegiatan yang menjaga eksistensi kebhinekaan itu sendiri. Walaupun kemudian ada juga tindakan-tindakan yang refresentif dari orang-orang yang memang tidak senang dengan keberagaman yang ada. Karena Agama lah yang sering sekali dijadikan ajang menyatakan pendapat dalam wilayah Negara sehingga hal-hal yang seharusnya tidak dibahas dalam wilayah Negara dijadikan sebagai dasar tindakan. Tentu kalau Negara tidak tanggap dan menindak orang-orang seperti itu akan melahirkan ancaman serius yang puncaknya akan terjadi seperti di Poso Sulawesi Tengah. Salah satu tokoh yang cukup eksis dalam hal kebhinekaan adalah Abdulrahman Wahid alias Gus Dur yang sampai akhir hayatnya tetap memperjuangkan yang namanya Bhineke Tungga Ika. Perjuangannya dalam menjaga bangsa ini tanpa membeda-bedakan yang besar dan kecil yang mayoritas dan minoritas menghantarkannya sebagai Bapak Plularisme Indonesia dan dunia juga mengakuinya. Walau akhir tahun 2009 indonesia kehilanganya namunGus Dursenantiasa menjadi simbol bapak plularisme dan menjadi orang yang akan dicatat dalam sejarah bangsa sebagai orang Indonesia yang tahu diri. Ketokohan Gus Dur semestinya diikuti oleh penerus bangsa ini karena Gus Dur dengan tegas pernah mengatakan Wilayah Negara jangan disangkutpautkan dengan Wilayah Agama. Bhineka Tunggal Ika dengan Pancasila akan selalu abadi ketika masyarakat Indonesia mampu melestarikan sekaligus menjaga eksistensinya. 3. E Pluribus Unum Dunia tahu Siapa Amerika Serikat. Negara yang telah menghimpun semua masyarakat dunia ke dalam satu Negara yang namanya United Of America. Orang Indonesia banyak di Amerika begitu dengan bangsa-bangsa yang lain juga menghuni sekaligus menjadi masyarakat di sana. Kemajemukan Amerika Serikat adalah bukti bahwa Amerika telah menjadi Negara yang memiliki prinsip Internasionalisasi. Mungkin karena itulah Amerika Serikat hingga sekarang ini mencoba menguasai dunia dengan teknologi dan penemuan-penemuan yang ada. Kini jumlah orang Amerika keturunan asing mencapai 10,4 %, bertambah sebanyak dua kali lipat lebih dalam kurun waktu tiga puluh tahun . Kelompok yang paling pesat pertambahannya adalah orang Hispanik dan Asia. Dari tahun 1990 sampai 1999 populasi penduduk asal Asia di seluruh Amerika Serikat bertambah 43 % dan mencapai 10,8 juta jiwa. Sedangkan penduduk berlatar hispanik bertambah sebesar 38,8 % atau mencapai jumlah 31,3 juta orang, sehingga hampir menyamai jumlah orang Amerika keturunan Afrika. Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa dari 10,8 juta orang Asia, orang Indonesia juga terdapat di dalamnya. Artinya adalah bahwa memang benar bahwa Amerika Aerikat sudah menjadi satu negeri yang menghinpun seluruh penjuru dunia. Keragaman dari segi kepercayaan juga bertabur di Amerika Serikat, AS yang selama ini mungkin kita sering dengar sebagai Negara Kristen sekarang kemungkinan itu tidak benar lagi walaupun sejarah AS telah menceritakan bahwa orang-orang Eropa yang beragama Kristen yang pertama sekali membentuk Koloni di AS. Namun seiring perkembangan jaman, Amerika juga di datangi oleh bangsa-bangsa lain mengingat posisi Amerika sangat strategis. E Pluribus Unum Dari Banyak Menjadi Satu.Kata-kata ini begitu akrab di telinga kita, sehingga kita jarang mengambil waktu untuk memikirkan maknanya. Apakah yang menjadi ukuran keragaman kita? Apakah arti kesatuan kita? Seperti semua lambang yang baik, kata-kata tersebut dapat diartikan sebagai bermacam-macam cara. Maknanya telah berkembang sejak semboyan ini pertama sekali di gunakan pada tahun 1782. Ketika itu semboyan tersebut memiliki arti politis- dari banyak koloni, menjadi satu revoblik; dari banyak Negara bagian, menjadi satu bangsa. Pada lambang Negara kita burung elang botak membawa di paruhnya sebuah spanduk bertuliskanE Pluribus Unum pada perisainya terdapat tiga belas garis vertical, masing-masing mewakili dari koloni dari revoblik yang ketika itu baru terbentuk. Dengan melonjaknya imigrasi pada akhir abad ke-19 dan awala abad ke-20, makna semboyan tersebut mendapat sebuah dimensi budaya, yakni dari banyak suku atau bangsa, menjadi satu suku bangsa Amerika. Keberagaman Amerika hari ini telah jelas bahwa Amerika adalah Negara yang mampu menunjukkan kepada dunia bahwa mereka mampu hidup dengan perbedaan yang begitu beragam. Penutup Bangsa yang besar adalah bangsa yang mengetahui sejarah bangsanya. Inilah pernyataan Sukarno dalam“jas merah” nya. Apa sebenarnya arti dari ungkapan nya itu? Sukarno sejak awal paham bahwa di dalam sejarah kita begitu banyak perbedaan-perbedaan yang bisa dijadikan sebagai pelajaran dan sekaligus sebagai modal dalam memahami Indonesia dengan baik. Sukarno mengatakan demikian maka seharusnya kita mampu menjadi penerusnya yang mencintai Indonesia dengan Kebhinekaan dan Pancasila sebagai dasar Negara kita. Lihat Filsafat Selengkapnya

AjaranGereja tentang Perkawinan GS Art. 52 : Pengembangan perkawinan dan keluarga merupakan tugas semua orang. " Keluarga merupakan suatu pendidikan untuk memperkaya kemanusiaan. Apa yang dimaksud membangun cinta kasih dan komunikasi dalam keluarga ? Jelaskan ajaran Gereja tentang keluarga (Gaudium et spes art 52) Jelaskan makna keluarga Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 97 orang. 4 Tetapi ia akan menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan, dan akan menjatuhkan keputusan terhadap orang-orang yang tertindas di negeri dengan kejujuran; ia akan menghajar bumi dengan perkataannya seperti dengan tongkat, dan dengan nafas mulutnya ia akan membunuh orang fasik. 5 Ia tidak akan menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan, seperti ikat pinggang tetap terikat pada pinggang. 6 Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya. 7 Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti lembu. 8 Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak. 9 Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus, sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan TUHAN, seperti air laut yang menutupi dasarnya. Kitab Suci Perjanjian Baru Matius 59, 21 - 25 9 Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. 21 Kamu telah mendengar yang diirmankan kepada nenek moyang kita Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. 22 Tetapi Aku berkata kepadamu Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya Kair harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata Jahil harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. 23 Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, 24 tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. 25 Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. 98 Kelas XII SMASMK Semester 1 Roma 51-21 1 Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. 2 Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. 3 Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, 4 dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. 5 Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. 6 Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. 7 Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati 8 Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. 9 Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah- Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. 10 Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya 11 Dan bukan hanya itu saja Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu. 12 Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa. 13 Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat. 14 Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah gambaran Dia yang akan datang. 15 Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus. 16 Dan Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 99 kasih karunia tidak berimbangan dengan dosa satu orang. Sebab penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman, tetapi penganugerahan karunia atas banyak pelanggaran itu mengakibatkan pembenaran. 17 Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus. 18 Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup. 19 Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar. 20 Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak; dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah, 21 supaya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. 3 Pendalaman Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini. a Apa pesan perdamaian yang diwartakan dalam teks Kitab Suci Perjanjian Lama Yesaya 111-9? b Apa pesan perdamaian yang diwartakan dalam teks-teks Kitab Suci Perjanjian Baru Matius 59, 21-25, Roma 51-21? b. Ajaran Gereja tentang Perdamaian dan Persatuan 1 Simaklah Ajaran Gereja berikut ini. “Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang- orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga. Tiada sesuatu pun yang sungguh manusiawi, yang tak bergema di hati mereka. Sebab persekutuan mereka terdiri dari orang-orang, yang dipersatukan dalam Kristus, dibimbing oleh Roh Kudus dalam peziarahan mereka menuju Kerajaan Bapa, dan telah menerima warta keselamatan untuk disampaikan kepada semua orang. Maka persekutuan mereka itu mengalami dirinya sungguh erat berhubungan dengan umat manusia serta sejarahnya”. GS 1 100 Kelas XII SMASMK Semester 1 “Damai tidak melulu berarti tidak ada perang, tidak pula dapat diartikan sekedar menjaga keseimbangan saja kekuatan-kekuatan yang berlawanan. Damai juga tidak terwujud akibat kekuasaan diktatorial. Melainkan dengan tepat dan cermat disebut “hasil karya keadilan” Yes 3217. Damai merupakan buah hasil tata tertib, yang oleh Sang Pencipta ilahi ditanamkan dalam masyarakat manusia, dan harus diwujudkan secara nyata oleh mereka yang haus akan keadilan yang makin sempurna. Sebab kesejahteraan umum bangsa manusia dalam kenyataan yang paling mendasar berada di bawah hukum yang kekal. Tetapi mengenai tuntutannya yang konkrit perdamaian tergantung dari perubahan-perubahan yang silih berganti di sepanjang masa. Maka tidak pernah tercapai sekali untuk seterusnya, melainkan harus terus menerus dibangun. Kecuali itu, karena kehendak manusia mudah goncang, terlukai oleh dosa, usaha menciptakan perdamaian menuntut, supaya setiap orang tiada hentinya mengendalikan nafsu-nafsunya, dan memerlukan kewaspadaan pihak penguasa yang berwenang. Akan tetapi itu tidak cukup. Perdamaian itu di dunia tidak dapat di capai, kalau kesejahteraan pribadi-pribadi tidak di jamin, atau orang-orang tidak penuh kepercayaan dan dengan rela hati saling berbagi kekayaan jiwa maupun daya cipta mereka. Kehendak yang kuat untuk menghormati sesama dan bangsa-bangsa lain serta martabat mereka begitu pula kesungguhan menghayati persaudaraan secara nyata mutlak untuk mewujudkan perdamaian. Demikianlah perdamaian merupakan buah cinta kasih juga, yang masih melampaui apa yang dapat di capai melalui keadilan. Damai di dunia ini, lahir dari cinta kasih terhadap sesama, merupakan cermin dan buah damai Kristus, yang berasal dari Allah Bapa. Sebab Putera sendiri yang menjelma, Pangeran damai, melalui salib-Nya telah mendamaikan semua orang dengan Allah. Sambil mengembalikan kesatuan semua orang dalam satu bangsa dan satu Tubuh, Ia telah membunuh kebencian dalam Daging- Nya sendiri, dan sesudah di muliakan dalam kebangkitan-Nya Ia telah mencurahkan Roh cinta kasih ke dalam hati orang-orang. Oleh karena itu segenap umat kristen dipanggil. Dengan mendesak, supaya “sambil melaksanakan kebenaran dalam cinta kasih” Ef 415, menggabungkan diri dengan mereka yang sungguh cinta damai, untuk memohon dan mewujudkan perdamaian. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 101 Digerakkan oleh semangat itu juga, kami merasa wajib memuji mereka, yang dapat memperjuangkan hak-hak manusia menolak untuk menggunakan kekerasan, dan menempuh upaya-upaya pembelaan, yang tersedia pula bagi mereka yang tergolong lemah, asal itu dapat terlaksana tanpa melanggar hak-hak serta kewajiban-kewajiban sesama maupun masyarakat. Karena manusia itu pendosa, maka selalu terancam, dan hingga kedatangan Kristus tetap akan terancam bahaya perang. Tetapi sejauh orang-orang terhimpun oleh cinta kasih mengalahkan dosa, juga tindakan-tindakan kekerasan akan diatasi, hingga terpenuhilah Sabda “Mereka akan menempa pedang-pedang mereka menjadi mata bajak, dan tombak-tombak mereka menjadi pisau pemangkas. Bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang” Yes 24. 2 Pendalaman Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini. a Apa pesan dari Ajaran Gereja Katolik yang termuat dalam Gaudium et Spes artikel 1 dan artikel 78? b Apa upaya kita untuk mewujudkan perdamaian dan persatuan sesuai ajaran gereja? c Apa penilaianmu terhadap peran Gereja Katolik di Indonesia dalam rangka menciptakan perdamaian dan kesatuan bangsa? 3. Upaya Gereja Katolik untuk Membangun Perdamian dan Persatuan Bangsa Indonesia. a. Mengamati peran Gereja Katolik dalam upaya menciptakan perdamaian dan persatuan. 1 Menelusuri peran Gereja Katolik Indonesia Gereja Katolik Indonesia sepanjang sejarah keberadaannya ikut berperan aktif dalam membangun perdamaian dan persatuan masyarakat di negara yang kita cintai ini. Para Bapak Uskup sebagai pimpinan Gereja lokal partikular, beserta perangkat keuskupan dan umatnya, berjuang bersama sesama warga masyarakat lainnya untuk menciptakan perdamaian dan persatuan. Cobalah engkau temukan upaya apa saja yang sudah di lakukan Gereja Katolik di keuskupanmu pada khususnya, dan Gereja Katolik di Indonesia pada umumnya untuk mewujudkan perdamaian dan persatuan bangsa. 102 Kelas XII SMASMK Semester 1 2 Menyimak kisah dari Keuskupan Ambon a Simaklah artikel berikut ini. Uskup Amboina Berpekiklah, Maluku Sudah Damai Sekarang AMBON, - Uskup Diosis Amboina, Mgr PC. Mandagi, menyerukan orang Maluku harus memanfaatkan perayaan Hari Perdamaian Dunia untuk memekikkan bahwa daerah Maluku benar-benar sudah damai. “Momentum strategis untuk menunjukkan kepada dunia, bahwa Maluku sudah damai dan bertekad memelihara kedamaian abadi sehingga tidak terjadi konlik komunal sebagaimana pada 19 Januari 1999,” katanya, di Ambon, Rabu. Pekik kedamaian itu, katanya, seharusnya juga direalisasikan dengan menerapkan rasa keadilan dalam berbagai sektor kehidupan. ”Jangan damai hanya di bibir, diucapkan, atau disosialisasikan, tapi realisasinya hanya sesaat atau demi kepentingan tertentu sehingga mubazir kembali,” katanya. Oleh karena itu, orang Maluku harus bangga karena kota Ambon dipercaya sebagai tuan rumah perayaan Hari Perdamaian Dunia dengan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. “Rasanya damai di hati dan di bumi Maluku terealisasi bila kita hidup dalam bingkai budaya ’pela dan gandong’ sebagai warisan leluhur yang menjunjung tinggi jalinan kehidupan antarumat beragama,” ujarnya. Dia juga menyerukan orang Maluku agar siap memerangi warga sendiri yang sering bertindak sebagai provokator untuk memperkeruh stabilitas keamanan hanya karena tergiur uang atau kepentingan kekuasaan sesaat. “Saya mengindikasikan ada juga oknum pemimpin agama, elite pejabat, elite politik, elite TNIPolri, dan elite pemuda yang sering melakukan tindakan tidak terpuji yang memperkeruh stabilitas keamanan,” katanya. Ia mengajak semua komponen bangsa di Maluku agar bangga karena dipercaya untuk pertama kalinya di Indonesia sebagai tuan rumah perayaan Hari Perdamaian Dunia. “Disemangati budaya hidup sebagai orang basudara ternyata mampu berdamai dengan cepat Sumber Diakses pada tanggal 16 Juni 2014 Gambar Mgr. Mandagi

cobajelaskan tentang pengertian keragaman! daffa7571. Jawaban: Keberagaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat yang terdapat banyak perbedaan dalam berbagai bidang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang penuh dengan keberagaman dan perbedaan. Perbedaan tersebut meliputi suku bangsa, ras, agama, dan antargolongan

Memahami kemajemukan bangsa Indonesia sebagai anugerah Allah Mensyukuri kemajemukan bangsa Indonesia sebagai anguerah Allah Indikator • Menjelaskan keberagaman, kemajemukan bangsa manusia di Indonesia berdasarkan semboyan negara Bhineka Tunggal Ika • Menjelaskan peluang-peluang dan tantangan atas realitas keberagaman pada bangsa Indonesia. • Menganalisis ajaran Kitab Suci tentang keberagaman bangsa manusia menurut Kej 351-15 dan Yoh 41- 42 • Menganalisis ajaran Gereja tentang keberagaman bangsa manusia berdasarkan Nostra Aetate art..5 dan Gaudim et Spes Bahan Kajian 1. Keberagaman/Kemajemukan bangsa Indonesia Bhineka Tunggal Ika 2. Peluang-peluang dan tantangan atas realitas keberagaman pada bangsa Indonesia. 3. Keberagaman umat manusia dalam ajaran Kitab Suci Kej 351-15; Yoh 4 1-42. 4. Suku-suku dan agama-agama yang ada di Indonesia. 5. Upaya-upaya membangun semangat kesatuan dan persatuan dalam masyarakat yang majemuk. Sumber Belajar 1. Konferensi Waligereja Indonesia KWI. 1996. Iman Katolik. Kanisius Yogyakarta. 2. A. Heuken SJ. 1991. Ensiklopedi Gereja. Cipta Loka Caraka Jakarta. 3. Alex Lanur. 1995. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka. Kanisius Yogyakarta. 4. Dr. P. Hardono Hadi. 1994. Hakikat dan Muatan Filsafat Pancasila. Kanisius Yogyakarta, 1994. 5. Kitab Suci Alkitab. Pendekatan Saintiik dan kateketis Metode Cerita, pengamatan, tanya jawab, diskusi, dan penugasan Sarana 1. Peta penduduk Indonesia. 2. Burung Garuda Pancasila Lambang Negara. 3. Kitab Suci Alkitab. 4. Buku Siswa kelas XII Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Waktu 3 x 45 menit. Pemikiran Dasar Dalam Kamus Besar Bahasa Iindonesia KBBI, Keragaman berasal dari kata ragam, yang berarti 1 sikap, tingkah laku, cara; 2 macam, jenis; 3 musik, lagu, langgam; 4 warna, corak ; 5 laras tata bahasa, keragaman menunjukan adanya banyak macam. Sedangkan keragaman sendiri berarti perihal berjenis-jenis atau beragam-ragam atau suatu keadaan yang beberagam-ragam-beragam-ragam. Keberagam-ragaman secara umum adalah suatu kondisi dimana terdapat perbedaan-perbedaan di dalam masyarakat di berbagai bidang seperti suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi dan politik, adat dan kesopanan, sosial dan ekonomi. Unsur-unsur keragaman dalam masyarakat yaitu, antara lain; suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi dan politik, adat dan tatakrama, kesenjangan ekonomi dan sosial. Suku bangsa dan ras yang menempati wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke sangatlah beragam. Dari keragaman tersebut ada perbedaan ras dari ciri-ciri biologis lahiriah yang sama seperti rambut, warna kulit, ukuran tubuh, mata, ukuran kepala, dan lain sebagainya. Suku bangsa yang ada di Indoseia lebih dari 300 macam. Sedangkan ras yang ada di Indonesia antara lain ras mongoloid yang terdapat di bagian Barat Indonesia dan ras austroloid yang terdapat di sebelah Ttimur Indonesia. Tentu saja bahwa manusia tidak bisa memilih agar dilahirkan di suku atau bangsa tertentu. Karena itu, manusia tidak pantas membanggakan dirinya atau melecehkan orang lain karena faktor suku atau bangsa. Agama dan keyakinan mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan yang dimaksud berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi trasendensi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap dengan panca indra. Namun juga kekuatan gaib itu berdiam di dalam diri manusia imanen, yang hanya bisa dirasakan kekuatannya. Dalam kenyataannya fungsi agama dalam masyarakat antara lain adalah berfungsi edukatif ajaran agama secara hukum berfungsi menyuruh dan melarang, berfungsi penyelamat, berfungsi sebagai perdamaian, berfungsi sebagai sosial control, berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas, berfungsi transformatif, dan sebagainya. Di Indonesia, agama merupakan unsur yang sangat penting dan terdapat enam agama yang diakui, hal itu merupakan bukti adanya keragaman dalam hal agama atau kepercayaan. Adapun terhadap keragaman manusia dalam hal kepercayaan, sikap, dan perilakunya, manusia tidak dipandang sederajat. Ada yang mulia dan ada yang hina, bergantung pada kadar ketakwaannya. Ideologi dan politik Ideologi adalah suatu istilah umum bagi sebuah gagasan yang berpengaruh kuat terhadap tingkah laku dalam situasi khusus karena merupakan kaitan antara tindakan dan kepercayaan yang fundamental. Sedangkan politik bermakna usaha dalam menegakkan keteriban sosial. Fungsi ideologi adalah untuk memperkuat landasan moral dalam suatu tindakan. Adanya banyak partai di Indonesia merupakan bukti keragaman dalam hal ideologi dan politik. Meskipun pada keyataanya Indonesia hanya mengakui pancasila sebagai satu-satunya ideologi. Tatakrama; yang berarti adat istiadat, sopan santun, pada dasarnya ialah segala tindakan, perilaku, adat istiadat, tegur sapa, ucap dan cakap sesuai kaidah atau norma tertentu. Tatakrama di bentuk dan dikembangkan oleh masyarakat itu sendiri dan diharapkan akan terjadi interaksi sosial yang tertib dan efektif di dalam masyarakat itu sendiri. Kesenjangan ekonomi dan sosial;Indonesia merupakan negara berkembang dimana masalah perekonomian diperhatikan agar dapat meningkat. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dengan bermacam tingkat, pangkat, golongan dan strata sosial. Dalam hal ini terlihat jelas bahwa terdapat penggolongan orang berdasarkan status sosial Indonesia adalah negara dengan struktur masyarakat yang majemuk dan memiliki banyak keragaman dalam banyak hal. Keragaman tersebut dapat mempengaruhi kehidupan kita. Banyak pengaruh yang timbul karena adanya keragaman, diantaranya adalah 1 Didalam kelompok-kelompok sering kali terjadi segmentasi karena memiliki kebudayaan yang berbeda. 2 Struktur sosial terbagi-bagi kedalam lembaga-lembaga yang bersifat non komplemeter. 3 Kurang adanya pengembangan konsesus diantara para anggota masyarakat tentang nilai-nilai sosial yang bersifat dasar. 4 Secara relatif sering kali terjadi konlik diantara kelompok yang satu dengan diatas paksaan dan saling ketergantungan didalam bidang ekonomi. 6 Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain. Selain pengaruh diatas, jika keterbukaan dan kedewasaan sikap dikesampingkan, besar kemungkinan tercipta masalah-masalah yang menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa seperti 1 Terjadinya disharmonisasi, dimana tidak ada penyesuaian atas keragaman antara manusia dengan dunia lingkungannya. 2 Terjadi diskriminatif terhadap suatu kelompok masyarakat tertentu yang akan memunculkan masalah yang lain, yaitu kesenjangan dalam berbagai bidang yang merugikan kita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 3 Terjadi eksklusivisme, rasialis, bersumber dari superioritas diri, alasannya dapat bermacam-macam, antara lain keyakinan bahwa secara kodrati ras/sukunya kelompoknya lebih tinggi dari ras/suku/kelompok lain, menganggap kelompok lain derajatnya lebih rendah dari pada kelompoknya sendiri. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperkecil masalah yang diakibatkan oleh pengaruh negatif dari keragaman, yaitu 1 Semangat Religius; 2 Semangat Nasionalisme; 3 Semangat Pluralisme; 4 Semangat Humanisme; 5 Dialog antar umat beragama; 6 Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konigurasi hubungan antar agama, media, masa, dan harmonisasinya. Problematika yang sedang dialami bangsa Indonesia saat ini adalah adanya gejala diskriminasi dalam masyarakat yang beragam. Diskriminasi adalah setiap tindakan yang melakukan pembedaan terhadap seseorang atau sekelompok orang berdasarkan ras, agama, suku, etnis, kelompok, golongan, status, kelas sosial ekonomi, jenis kelamin, kondisi isik, usia, orientasi seksual, pandangan ideologi, dan politik. Tentu saja kondisi ini bertolak belakang dengan semangat kebangsaan kita sebagaimana ditegaskan dalam pasal 28 ayat 2 UUD 1945 bahwa “Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu”. Sangat jelas sekali bahwa setiap orang mendapat perlindungan saat dia mendapat perlakuan diskriminasi. Meskipun begitu diskriminasi masih terjadi diberbagai belahan dunia, dan prinsip non diskriminasi harus mengawali kesepakatan antar bangsa untuk dapat hidup dalam kebebasan, keadilan, dan perdamaian. Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, diceritakan bahwa Bangsa Terpilih sering kali menghayati rasa satu bangsa, satu Tuhan, satu negeri, satu tempat ibadat, dan satu tata hukum 12. Dari sejarahnya, ternyata ketika mereka bersatu, mereka menjadi kuat, sanggup mengalahkan musuh dan menjadikan dirinya bangsa yang jaya. Namun, ketika mereka tidak bersatu, mereka menjadi bangsa yang tak berdaya dan tiap kali secara gampang dikalahkan oleh musuh-musuh mereka. Kitab Suci menceritakan bahwa ketika mereka dari Mesir memasuki tanah Kanaan di bawah pimpinan Yosua, mereka sungguh bersatu dan dapat merebut Tanah Terjanji itu. bdk. Yos 6 1-15, 63. Ketika mereka sudah menempati Tanah Terjanji yang dibagi menurut suku-suku keturunan Yakob, maka mereka lama-kelamaan terpecah dan menjadi lemah. Pada saat-saat itu, mereka menjadi lemah dan gampang dikalahkan oleh musuh-musuh mereka. Mereka pernah bersatu di bawah pimpinan raja Daud dan menjadi bangsa yang kuat dan jaya. Kemudian mereka terpecah lagi dan menjadi lemah. Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, dikisahkan bahwa ketika saat Mesias datang, umat Israel telah dijajah oleh bangsa Romawi. Akibatnya mereka menjadi bangsa yang lemah dan terpecah belah. Ketika Yesus ingin mempersatukan mereka dalam suatu Kerajaan dan Bangsa yang baru yang bercorak rohani, Yesus mengeluh bahwa betapa sulit untuk mempersatukan bangsa ini. Mereka seperti anak-anak ayam yang kehilangan induknya bdk. Mat 23 37-38. Yesus bahkan berusaha untuk menyapa suku yang dianggap bukan Yahudi lagi seperti orang-orang Samaria. Kita tentu masih ingat akan sapaan dan dialog Yesus dengan wanita Samaria di sumur Yakob. Pada pelajaran ini, peserta didik dibimbing untuk memahami dan menghayati makna dan hakekat keberagaman sebagai realitas asali kehidupan manusia, khususnya dalam keberagaman atau kemajemukan hidup bangsa Indonesia sesuai semangat injili yaitu semangat Yesus sendiri. Kegiatan Pembelajaran Guru mengajak didik untuk mengawali kegiatan pembelajaran dengan doa Doa Pembuka Allah, Bapa kami, Engkau telah menciptakan alam semesta sebagai kediaman bagi umat manusia. Tatkala umat pilihan-Mu hidup terlunta-lunta di pengasingan, Engkau membebaskan mereka dan menghantar ke tanah terjanji. Tanah air yang subur dan berlimpahan susu serta madu. Engkau pun memberikan tanah air kepada kami. Bapa, kami bersyukur atas tanah air kami yang luas dengan isinya yang beraneka ragam lautan dengan ribuan pulau, gunung dan daratan, hutan dan belantara; semuanya menyemarakkan tanah air kami. Kami bersyukur atas ratusan suku dan aneka budaya serta bahasa yang Kau himpun menjadi satu bangsa dan satu bahasa. Kami mohon berkat-Mu bagi semua yang mendiami tanah air ini. Semoga kami semua berusaha memelihara dan memajukannya. Bebaskanlah tanah air kami dari bahaya bencana alam, kelaparan, perang, dan wabah penyakit. Semoga kami semua tekun membangun tanah air kami demi kemakmuran dan kesejahteraan seluruh bangsa. Bantulah kami mewujudkan tanah air yang adil, makmur, aman, damai dan sejahtera, sehingga tanah air yang kami diami di dunia ini selalu mengingatkan kami akan tanah air surgawi, tempat kami akan berbahagia abadi bersama Dikau. Semua ini kami sampaikan kepada-Mu dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin. Langkah Pertama Mengamati Keanekaragaman dan

KlipingTentang Agama. Agama adalah satu keyakinan dari individu atau manusia kepada Tuhannya. Agama berfungsi sebagai sarana manusia untuk mendekatkan manusia dengan sang pencipta. Cara yang dilakukan yaitu dengan menjalankan ajaran ibadah yang menjadi tuntunan setiap agama masing-masing. Agama atau keyakinan manusia dimuka bumi terdapat
Bagaimana Ajaran Gereja Tentang Kebersamaan Antar Umat Beragama – Kebersamaan antar umat beragama adalah hal yang penting dan menjadi tujuan bersama kita semua. Di banyak negara di seluruh dunia, beragam umat beragama berdampingan dan hidup saling menghormati satu sama lain. Di tengah berbagai perbedaan, bagaimana Gereja memandang kebersamaan antar umat beragama? Menurut ajaran Gereja, semua orang berhak atas kasih dan pengakuan yang sama. Gereja menganjurkan umat beragama untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Kehidupan beragama dapat menjadi alat untuk menyatukan banyak orang dari berbagai latar belakang, dan Gereja mengharapkan setiap umat beragama untuk mengukir hubungan yang baik antar umat beragama. Gereja mengajarkan bahwa semua orang memiliki potensi untuk mencapai keselarasan, saling menghormati, dan membangun hubungan yang saling menguntungkan. Ini mencakup berbagai aspek kehidupan sehari-hari, seperti belajar bersama, berbagi pengalaman, dan saling menyebarkan kasih dan pengertian. Gereja mengajarkan bahwa umat beragama harus berusaha untuk menghormati dan memahami agama lain, serta menghormati dan mengenal budaya lain. Gereja juga mengajarkan bahwa kita harus menghormati dan menghargai orang lain, serta memperlakukan mereka dengan hormat. Itu berarti kita harus toleransi terhadap orang lain dan menghormati hak-hak mereka. Dengan demikian, kita dapat membangun kebersamaan antar umat beragama. Ketika kita bersama-sama, kita dapat belajar banyak hal dari satu sama lain dan menciptakan suasana yang saling menghormati dan menyenangkan. Gereja mengajarkan bahwa kita harus meluangkan waktu untuk berdialog dengan orang lain, memberi kesempatan untuk bertukar pendapat, dan berdiskusi tentang perbedaan-perbedaan dalam agama. Dengan demikian, kita dapat menjalin hubungan yang baik antar umat beragama. Sebagai Gereja, kita bertekad untuk membantu orang lain menemukan keselarasan, dan bersama-sama menciptakan suasana yang saling menghormati di antara umat beragama. Dengan menghargai dan menghormati orang lain, kita dapat menciptakan kebersamaan yang kuat antar umat beragama. Daftar Isi 1 Penjelasan Lengkap Bagaimana Ajaran Gereja Tentang Kebersamaan Antar Umat 1. Gereja menganjurkan umat beragama untuk saling menghormati dan menghargai satu sama 2. Gereja mengajarkan bahwa semua orang memiliki potensi untuk mencapai keselarasan, saling menghormati, dan membangun hubungan yang saling 3. Gereja mengajarkan bahwa umat beragama harus berusaha untuk menghormati dan memahami agama lain, serta menghormati dan mengenal budaya 4. Gereja mengajarkan bahwa kita harus menghormati dan menghargai orang lain, serta memperlakukan mereka dengan 5. Gereja mengajarkan bahwa kita harus meluangkan waktu untuk berdialog dengan orang lain, memberi kesempatan untuk bertukar pendapat, dan berdiskusi tentang perbedaan-perbedaan dalam 6. Gereja bertekad untuk membantu orang lain menemukan keselarasan, dan bersama-sama menciptakan suasana yang saling menghormati di antara umat beragama. 1. Gereja menganjurkan umat beragama untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Ajaran Gereja tentang Kebersamaan Antar Umat Beragama merupakan bagian penting dari agama Kristen. Gereja menganjurkan umat beragama untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Hal ini penting untuk ditekankan karena menghormati dan menghargai sesama manusia adalah bagian penting dari ajaran agama Kristen. Gereja mengajarkan bahwa semua manusia harus saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Kehormatan dan penghargaan ini harus diberikan tanpa memandang agama, ras, atau latar belakang budaya. Gereja mengajarkan bahwa tidak ada manusia yang lebih baik daripada yang lain dan semua harus dihargai dan dihormati. Gereja juga mengajarkan bahwa umat beragama harus belajar untuk hidup bersama dalam damai dan kasih sayang. Ini berarti bahwa kita harus menghormati dan menghargai pemikiran dan nilai-nilai orang lain. Kita harus berusaha untuk memahami pandangan orang lain dan menghormati pandangan mereka. Kita juga harus menghargai perbedaan agama dan berusaha untuk memahami pandangan orang lain. Ketika kita menghargai dan menghormati sesama, kita akan menghargai hak-hak dan kewajiban setiap orang. Kita juga akan menghargai pilihan mereka dan menghormati hak mereka untuk mengekspresikan diri mereka. Gereja mengajarkan bahwa semua manusia harus dihargai dan dihormati, dan kita harus berusaha untuk menciptakan kehidupan yang damai dan harmonis bersama. Gereja juga mengajarkan bahwa saling menghormati dan menghargai antar umat beragama akan membantu menciptakan pemahaman dan toleransi dalam masyarakat. Ini akan memungkinkan orang untuk menghormati dan menghargai pemikiran, pandangan, dan nilai-nilai orang lain, yang merupakan fondasi untuk perdamaian dan kehidupan beragama yang sehat. Ajaran Gereja tentang Kebersamaan Antar Umat Beragama menekankan bahwa semua manusia harus dihargai dan dihormati, dan kita harus belajar untuk hidup bersama dalam damai dan kasih sayang. Ini merupakan cara yang baik untuk mencapai perdamaian dan toleransi antar umat beragama. Dengan menghormati dan menghargai satu sama lain, kita dapat membangun masyarakat yang lebih damai dan harmonis. 2. Gereja mengajarkan bahwa semua orang memiliki potensi untuk mencapai keselarasan, saling menghormati, dan membangun hubungan yang saling menguntungkan. Gereja mengajarkan bahwa semua orang memiliki potensi untuk mencapai keselarasan, saling menghormati, dan membangun hubungan yang saling menguntungkan. Gereja telah menekankan bahwa semua orang sama di mata Tuhan dan bahwa semua manusia berhak mendapatkan kasih dan pengakuan. Gereja menyadari bahwa perbedaan agama dan keyakinan adalah suatu hal yang wajar dan harus dihargai. Gereja mengajarkan bahwa untuk mencapai keselarasan, saling menghormati, dan membangun hubungan yang saling menguntungkan, semua orang harus menghormati dan menghargai perbedaan. Gereja mengajarkan bahwa saling menghargai antar umat beragama berarti menghormati kepercayaan, nilai-nilai, dan keyakinan yang dimiliki oleh setiap orang. Gereja menekankan bahwa keselarasan, saling menghormati, dan berkomunikasi dapat diperoleh jika semua orang berusaha untuk mendengar dan memahami pandangan, keyakinan, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh orang lain. Gereja juga mengajarkan bahwa untuk mencapai keselarasan, saling menghormati, dan membangun hubungan yang saling menguntungkan, semua orang harus mengenal dan menghargai kekayaan budaya yang dimiliki oleh setiap orang. Gereja menekankan bahwa menganggap budaya orang lain sebagai sesuatu yang bisa dipelajari dan dihargai adalah cara terbaik untuk mencapai keselarasan, saling menghormati, dan membangun hubungan yang saling menguntungkan. Gereja juga mengajarkan bahwa untuk mencapai keselarasan, saling menghormati, dan membangun hubungan yang saling menguntungkan, semua orang harus menemukan cara untuk menghormati dan menghargai komunitas yang berbeda. Gereja menekankan bahwa sikap saling menghormati dan saling menghormati dapat dicapai dengan mengakui keberadaan dan keberagaman komunitas yang berbeda. Gereja mengajarkan bahwa untuk mencapai keselarasan, saling menghormati, dan membangun hubungan yang saling menguntungkan, semua orang harus menemukan cara untuk bekerja sama dan menghargai hak-hak yang dimiliki oleh setiap orang. Gereja menekankan bahwa kerjasama antar umat beragama dapat diperoleh jika semua orang berusaha untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur, berusaha untuk menemukan titik temu, dan menghargai hak-hak asasi manusia. Gereja mengajarkan bahwa untuk mencapai keselarasan, saling menghormati, dan membangun hubungan yang saling menguntungkan, semua orang harus menemukan cara untuk menghormati dan menghargai kehendak Tuhan. Gereja menekankan bahwa semua orang harus bersama-sama mencari kebenaran dan membangun hubungan yang saling menguntungkan. Secara keseluruhan, gereja mengajarkan bahwa untuk mencapai keselarasan, saling menghormati, dan membangun hubungan yang saling menguntungkan, semua orang harus bekerja sama dan menghormati hak-hak yang dimiliki oleh setiap orang. Gereja menekankan bahwa semua orang harus bersama-sama mencari kebenaran dan membangun hubungan yang saling menguntungkan. 3. Gereja mengajarkan bahwa umat beragama harus berusaha untuk menghormati dan memahami agama lain, serta menghormati dan mengenal budaya lain. Gereja mengajarkan bahwa umat beragama harus berusaha untuk menghormati dan memahami agama lain, serta menghormati dan mengenal budaya lain. Gereja menggunakan ajaran-ajarannya untuk mengajari generasi muda tentang pentingnya kebersamaan antar umat beragama. Hal ini sangat penting dalam menciptakan dunia yang lebih baik untuk semua orang. Gereja mengajarkan bahwa semua umat beragama harus saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Hal ini penting karena setiap agama, budaya, dan kepercayaan memiliki nilai dan tujuan yang berbeda. Dengan saling menghormati dan menghargai, umat beragama dapat membangun kebersamaan yang kuat. Gereja juga mengajarkan bahwa umat beragama harus memahami agama dan budaya lain. Ini penting karena memahami agama lain dapat membantu umat beragama untuk menghormati dan menghargai satu sama lain. Dengan memahami agama dan budaya lain, umat beragama dapat mengetahui silang budaya dan agama yang berbeda. Ini akan membantu mereka untuk membangun jembatan antara mereka dan orang lain dari agama dan budaya yang berbeda. Gereja juga mengajarkan bahwa umat beragama harus menghargai dan memahami perbedaan. Dengan menghargai dan memahami perbedaan antara umat beragama, mereka dapat berinteraksi dengan baik, dan menciptakan kebersamaan yang kuat. Hal ini penting karena perbedaan dapat dihargai dan diakomodasi. Dengan demikian, umat beragama dapat hidup bebas tanpa rasa takut dan keraguan. Gereja juga mengajarkan bahwa umat beragama harus menghargai dan menghormati budaya lain. Dengan menghargai dan menghormati budaya lain, umat beragama dapat menghormati dan menghargai satu sama lain, serta menghormati dan menghargai perbedaan. Dengan demikian, umat beragama dapat hidup aman dan damai dalam kebersamaan yang kuat. Dengan demikian, ajaran gereja tentang kebersamaan antar umat beragama adalah bahwa umat beragama harus saling menghormati, memahami, dan menghargai satu sama lain, serta menghormati dan menghargai budaya lain. Dengan melaksanakan ajaran ini, umat beragama dapat menciptakan dunia yang lebih baik dan lebih damai bagi semua orang. 4. Gereja mengajarkan bahwa kita harus menghormati dan menghargai orang lain, serta memperlakukan mereka dengan hormat. Ajaran Gereja tentang kebersamaan antar umat beragama adalah salah satu ajaran dasar yang dianut oleh Gereja. Gereja mengajarkan bahwa semua umat beragama harus saling bersahabat dan saling mendukung. Selain itu, Gereja juga mengajarkan bahwa kita harus menghormati dan menghargai orang lain, serta memperlakukan mereka dengan hormat. Gereja mengajarkan bahwa kita harus menghormati orang lain sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan, dan kita harus menghormati semua agama dan keyakinan yang ada. Kita harus menghargai dan menghormati orang lain meskipun mereka berbeda dari kita. Kita harus menghormati dan menghargai kepercayaan mereka, dan tidak boleh memaksa mereka untuk berpikir atau berperilaku sesuai dengan keyakinan kita. Gereja juga mengajarkan bahwa kita harus saling menghormati dan menghargai antar umat beragama. Kita harus menghormati dan menghargai orang lain, meskipun kita berbeda agama. Kita harus berusaha untuk mencari titik temu dengan orang lain, membangun hubungan yang bermakna, dan menghormati hak-hak asasi manusia yang berlaku untuk semua orang. Kita juga harus selalu bersikap adil dan menghormati perbedaan yang ada. Gereja juga mengajarkan bahwa kita harus bersikap memaafkan dan menghormati pendapat orang lain, meskipun kita tidak sependapat dengan mereka. Kita harus menghargai hak-hak orang lain untuk berbicara, berpendapat, dan memilih. Kita harus bersikap toleran terhadap perbedaan antar umat beragama, dan memperlakukan mereka dengan hormat. Selain itu, Gereja juga mengajarkan bahwa kita harus menghormati dan memperlakukan orang lain dengan kasih sayang dan menghormati hak-hak mereka. Kita harus menghargai orang lain dan menghormati semua agama yang ada. Kita harus saling mendukung dan menghormati satu sama lain, dan menghargai hak-hak asasi manusia yang berlaku. Dengan demikian, Gereja mengajarkan bahwa kita harus menghormati dan menghargai orang lain, serta memperlakukan mereka dengan hormat. Gereja mengajarkan bahwa semua umat beragama harus saling bersahabat dan saling mendukung. Selain itu, Gereja juga mengajarkan bahwa kita harus menghargai hak-hak asasi manusia, serta memperlakukan orang lain dengan kasih sayang dan toleransi. 5. Gereja mengajarkan bahwa kita harus meluangkan waktu untuk berdialog dengan orang lain, memberi kesempatan untuk bertukar pendapat, dan berdiskusi tentang perbedaan-perbedaan dalam agama. Ajaran Gereja tentang kebersamaan antar umat beragama mengajarkan kita untuk menghormati dan menghargai perbedaan agama dan mengetahui bahwa kita semua berada dalam satu komunitas. Gereja menyarankan agar semua orang menyadari perbedaan agama dan juga mengetahui bahwa agama itu merupakan hak asasi manusia yang harus dihormati dan dihargai. Dengan demikian, kita semua dapat saling menghargai dan mengakui perbedaan-perbedaan agama yang kita miliki. Gereja juga mengajarkan bahwa kita harus meluangkan waktu untuk berdialog dengan orang lain, memberi kesempatan untuk bertukar pendapat, dan berdiskusi tentang perbedaan-perbedaan dalam agama. Gereja menyarankan agar kita berkomunikasi dengan orang lain dari berbagai latar belakang agama dan melakukan dialog yang terbuka dan saling menghormati. Dengan berdialog, kita dapat mengetahui pandangan orang lain, menggali pengetahuan tentang agama lain dan menghormati perbedaan-perbedaan yang ada. Ini juga memungkinkan kita untuk bersama-sama menemukan titik temu di antara agama-agama yang berbeda dan menghormati keberagaman agama yang ada. Gereja juga mengajarkan bahwa kita harus mengembangkan pemahaman tentang agama lain dan berusaha untuk menghormati dan memahami pandangan mereka. Hal ini bertujuan untuk membangun hubungan yang baik dan berkelanjutan antar umat beragama. Gereja juga menyarankan agar kita menghormati dan memahami tradisi dan nilai-nilai yang melekat pada agama lain dan menghormati kepercayaan mereka yang berbeda dari kita. Gereja juga mengajarkan bahwa kita harus menghormati setiap orang tanpa memandang agama, ras, atau latar belakang mereka. Gereja menyarankan agar kita melakukan tindakan nyata untuk menghormati keragaman dan menjaga martabat setiap individu. Hal ini termasuk menghindari diskriminasi berdasarkan agama, ras, atau latar belakang, dan menyebarkan rasa toleransi dan penerimaan antar umat beragama. Kesimpulannya, ajaran Gereja tentang kebersamaan antar umat beragama mengajarkan kita untuk menghormati, menghargai, dan berdialog dengan orang lain dari berbagai latar belakang agama. Gereja juga mengajarkan bahwa kita harus memahami pandangan orang lain dan berusaha untuk menghormati dan memahami tradisi dan nilai-nilai yang melekat pada agama lain. Akhirnya, Gereja mengajarkan bahwa kita harus menghormati setiap orang tanpa memandang agama, ras, atau latar belakang mereka. 6. Gereja bertekad untuk membantu orang lain menemukan keselarasan, dan bersama-sama menciptakan suasana yang saling menghormati di antara umat beragama. Ajaran Gereja tentang kebersamaan antar umat beragama adalah bagian penting dari ajaran Gereja. Gereja percaya bahwa semua orang berhak mendapatkan perlakuan yang adil dan hormat meskipun mereka mungkin memiliki keyakinan agama yang berbeda. Gereja bertekad untuk membantu orang lain menemukan keselarasan dan bersama-sama menciptakan suasana yang saling menghormati di antara umat beragama. Gereja mengajarkan bahwa umat beragama dan kepercayaan lainnya harus saling menghormati dan mendukung satu sama lain. Gereja mengajarkan bahwa semua orang harus saling menghormati dan menghargai perbedaan, dan bahwa semua orang harus menghormati hak-hak agama dari orang lain. Gereja mengajarkan bahwa semua orang harus diperlakukan sama, tanpa memandang agama, ras, atau jenis kelamin. Gereja juga mengajarkan bahwa semua orang harus menghormati hak-hak dan pilihan pribadi orang lain. Gereja mengajarkan bahwa semua orang harus menghormati kepercayaan orang lain dan memahami bahwa semua orang memiliki hak untuk beribadah dan menghormati agama mereka tanpa harus menghadapi tekanan atau diskriminasi dari pihak lain. Gereja juga mengajarkan bahwa semua orang harus membangun hubungan yang kuat dan harmonis dengan orang lain, terlepas dari keyakinan agama mereka. Gereja mengajarkan bahwa semua orang harus bekerja sama untuk meningkatkan kualitas hidup dan hak-hak semua orang. Gereja juga mengajarkan bahwa semua orang harus bekerja sama untuk membangun perdamaian dan saling menghormati. Gereja juga mengajarkan bahwa semua orang harus berbagi nilai-nilai dan aturan yang terlibat dalam kehidupan beragama. Gereja mengajarkan bahwa semua orang harus menghormati dan memahami nilai-nilai agama lain, dan bahwa semua orang harus menghormati hak-hak dan pilihan pribadi orang lain. Gereja juga mengajarkan bahwa semua orang harus saling menghormati dan mempromosikan dialog antar umat beragama. Gereja mengajarkan bahwa semua orang harus menghormati perbedaan dan menghargai toleransi dan keberagaman. Gereja mengajarkan bahwa semua orang harus berusaha untuk bekerja sama untuk membangun perdamaian dan saling menghormati. Gereja juga mengajarkan bahwa semua orang harus berusaha untuk mengembangkan dan membantu pemahaman yang lebih baik tentang agama lain. Gereja mengajarkan bahwa semua orang harus menghormati hak-hak dan pilihan pribadi orang lain, dan bahwa semua orang harus bekerja sama untuk menciptakan suasana yang saling menghormati di antara umat beragama. Gereja bertekad untuk membantu orang lain menemukan keselarasan dan bersama-sama menciptakan suasana yang saling menghormati di antara umat beragama. Gereja mengajarkan bahwa semua orang harus saling menghormati, menghargai perbedaan, dan membangun hubungan yang kuat dan harmonis dengan orang lain, tanpa memandang agama, ras, atau jenis kelamin. Gereja mengajarkan bahwa semua orang harus menghormati hak-hak dan pilihan pribadi orang lain, dan menghormati kepercayaan orang lain. Gereja juga mengajarkan bahwa semua orang harus berusaha untuk membangun perdamaian dengan saling menghormati.
Kamikemudian berbincang mengenai keberagaman di negara masing-masing. Syekh Amani menyebut tidak ada masalah dalam kehidupan keberagaman di wilayahnya. Hal tersebut terjadi karena para pemuka agama saling bersahabat sebagaimana ia tunjukkan di dalam forum. 'Saya muslim, tetapi saya tetap berkawan baik dengan orang lain.
127 Buku Guru Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti B. Uraian Materi 1. Memahami Kepelbagaian Manusia Menurut Alkitab Kepelbagaian atau keberagaman ciptaan bukan berarti keterpisahan, namun kepelbagaian dalam kesatuan. Kepelbagaian dapat menjadi sarana bagi manusia untuk saling belajar dan memperkaya visi dan pengalaman hidup sekaligus membangun kebersamaan. Dengan demikian, manusia yang berbeda-beda itu dapat bekerja sama untuk membangun dunia yang lebih baik lagi. Di antara semua keragaman ciptaan Tuhan, keragaman budaya manusia - perbedaan etnis dan bahasa - juga merupakan bagian dari ciptaan Allah yang baik. Kadang-kadang, orang Kristen melihat keragaman budaya sebagai bagian dari dunia yang jatuh, sebagai kutukan. Narasi Alkitab tentang Menara Babel Kej. 111-9 sering digunakan untuk membenarkan pandangan yang negatif ini. Seolah-olah keberagaman merupakan kutukan Allah. Peristiwa Babel tidak dapat dijadikan contoh bahwa Allah tidak berkenan terhadap kepelbagaian. Peristiwa Menara Babel merupakan peringatan bagi manusia untuk tidak bersifat congkak dan hendak menyamakan diri dengan Allah sang Pencipta. C. S. Song, seorang teolog dari Taiwan, mengatakan bahwa peristiwa Menara Babel juga mengingatkan kita bahwa Allah justru tidak ingin manusia hidup di dalam kelompoknya sendiri dan dengan cara itu menganggap dirinya hebat. Dengan hukuman yang dijatuhkan-Nya, Allah justru ingin agar manusia menyebar dan mengisi seluruh dunia ini. Jadi, menara Babel bukanlah peristiwa pemisahan manusia oleh Allah berdasarkan kepelbagaian bahasa. Oleh karena itu, tindakan Allah yang dilakukan dalam peristiwa Menara Babel adalah mencegah manusia membangun identitasnya terlepas dari kontrol Allah atau kehendak-Nya. Campur tangan Tuhan dan penciptaan beragam bahasa benar-benar memaksa orang-orang Babel untuk memenuhi perintah Allah dalam Kejadian 128 untuk “memenuhi bumi dan menaklukkannya,” sesuatu yang tampaknya takut dilakukan oleh orang-orang pada waktu itu. Mereka tidak mau tersebar ke seluruh bumi. Ketakutan ini dituliskan dalam Kejadian 111-9 khususnya ayat empat, delapan dan sembilan. Dengan demikian, keanekaragaman budaya dan bahasa manusia, memenuhi tujuan penebusan dalam rencana Allah dan bukan kutukan. Timbul pertanyaan, mengapa keragaman budaya dan etnis manusia sering menjadi sumber perpecahan dan bahkan kekerasan satu sama lain? Dosa 128 Kelas X SMASMK dan pemberontakan manusia telah mendistorsi keberagaman penciptaan. Keberagaman manusia tidak ditempatkan dalam pemahaman yang benar, yaitu dalam rangka keutuhan ciptaan namun dalam keterpisahan bahkan dalam arogansi suku, bangsa, ras, agama maupun budaya. Pemujaan terhadap suku, bangsa, budaya dan agama sendiri telah menggeser peran Allah sebagai pencipta. Akibatnya, komunitas manusia cenderung terpecah-pecah dalam kepelbagaian menurut identitas masing-masing. Petrus berkata “Kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi hendaklah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni.” 1 Ptr. 315. Membaca kutipan dari bagian Alkitab tersebut, jika dikaitkan dengan topik pembahasan pada pelajaran ini, ada beberapa makna yang dalam 1. Kuduskanlah Kristus di dalam hatimu. Semua ajaran Yesus dan kekudusannya harus dihayati, dijalankan, dan dipelihara. Orang Kristen tidak mungkin melakukan ajaran iman-Nya jika tidak menguduskan Tuhan. Arti “kudus” di sini adalah mengkhususkan sesuatu hanya untuk Tuhan. 2. Mempertanggungjawabkan iman. Tiap orang dipanggil untuk selalu siap mempertanggungjawabkan imannya termasuk identitas sebagai remaja Kristen. Jadi, menjadi remaja Kristen bukan sekadar identitas seperti yang tertulis dalam KTP, melainkan menyangkut seluruh sikap hidup yang harus ditunjukkan pada orang lain. Dengan cara itu, orang-orang menyaksikan kehidupan kristiani yang sesungguhnya. 3. Dengan lemah lembut dan hormat serta hati yang murni. Mempertahankan ciri khas sebagai remaja Kristen dengan cara yang beradab. Salah satu tanda dari cinta kasih adalah lemah lembut. Dalam bergaul dengan orang yang berbeda latar belakang, seseorang dapat melakukan apa yang dikatakan oleh Petrus. Kamu dapat menguduskan Tuhan, mempertanggungjawabkan iman serta bersikap lemah lembut ketika bergaul dengan mereka yang berbeda dengan kita. Menjadi orang Kristen bukanlah sekadar sebuah identitas melainkan melakukan tindakan yang dapat menunjukkan Kekristenan. 129 Buku Guru Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 2. Karunia Allah dalam Kepelbagaian
Lembagapolitik seperti MPR, kepresidenan, DPR, DPP, BPK, MA, dan Pemerintah Daerah. Semua lembaga politik memiliki peran penting dalam menggunakan keragaman sosial budaya untuk pembangunan nasional. Contoh fungsi dan peran lembaga politik dalam pengelolaan keragaman sosial budaya untuk pembangunan nasional dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Paus Yohanes Paulus II menuliskan dalam Centesimus Annus, “…pokok pembahasan dan, dalam arti tertentu, prinsip pemandu ensiklik Paus Leo dan seluruh ajaran sosial Gereja adalah pandangan tentang pribadi manusia dan nilai unik pribadi….” CA art. 11. Lebih jauh, paus mengatakan, “Satu-satunya tujuan Gereja adalah memelihara dan bertanggung jawab atas pribadi manusia yang telah dipercayakan Kristus kepadanya…. Kita tidak berhadapan dengan kemanusiaan yang abstrak’, melainkan dengan pribadi nyata, konkret’, historis’. Kita berhadapan dengan setiap individu, karena setiap orang adalah bagian dari misteri Penebusan, dan melalui misteri ini Kristus menyatukan diriNya dengan setiap orang selamanya. Karena itu, Gereja tidak dapat mengabaikan kemanusiaan, dan bahwa pribadi manusia ini adalah langkah utama yang harus ditapaki Gereja dalam melaksanakan misinya…langkah yang telah dijejaki oleh Kristus sendiri, satu-satunya jalan menuju misteri Inkarnasi dan Penebusan.’ Inilah satu-satunya prinsip yang menginspirasi ajaran sosial Gereja.” CA art. 53. Kutipan panjang di atas menunjukkan tanggung jawab dan sekaligus sasaran misi Gereja, yaitu manusia. Dasarnya adalah misi keselamatan Kristus di dunia, yang ditujukan kepada seluruh manusia. Manusia menjadi target utama dan satu-satunya misi Kristus. Gereja, sebagai kelanjutan misi penebusan Kristus, sepenuhnya sadar akan hal ini. Melaksanakan misi keselamatan Kristus tidak lain berarti bekerja bagi manusia. Fokus utama ajaran sosial Gereja adalah pribadi manusia yang konkret dan historis. Artinya, manusia dengan segala aspek dan dinamika kehidupannya. Centesimus Annus menjelaskannya dengan “pribadi manusia sebagaimana ia terlibat dalam jaringan kompleks relasi dalam dunia modern” CA art. 54. Kepada manusia ini Gereja bukan hanya mewartakan keselamatan dan penebusan Kristus, tetapi juga memberikan tawaran bagaimana ia harus menjalani kehidupan dalam relasi dengan masyarakat dan lingkungannya. Tidak mengherankan bila gagasan tentang manusia memiliki peranan dan posisi sentral dalam keseluruhan ajaran sosial Gereja. Pendasaran ajaran sosial Gereja pada manusia didasari oleh martabat yang erat melekat pada pribadi manusia. Gagasan tentang martabat manusia bersumber pada keyakinan bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan kesamaan dengan Allah bdk. Kej 127. Dengan menjadi citra Allah, manusia bukan sekedar ciptaan seperti ciptaan-ciptaan Allah yang lain. Ia menjadi pusat dan puncak ciptaan Allah. Kitab Kejadian bahkan menggambarkan bahwa Allah menciptakan manusia sebagai tuan atas segala ciptaan lain. Pribadi manusia merupakan cerminan paling gamblang dari Allah yang hadir di tengah-tengah kita. Karena itu, hidup manusia dipandang suci dan martabat pribadi manusia adalah starting point bagi visi moral sebuah masyarakat. Fakta bahwa setiap orang adalah citra Allah memiliki beberapa konsekuensi penting. Pertama, setiap orang memiliki martabat yang sama, yang mengalir dari kecitraannya dengan Allah. Martabat manusia sama sekali bukanlah hasil kerja, usaha, dan prestasinya sendiri. Martabat itu semata-mata merupakan anugerah Allah. Maka, selama ia adalah manusia yang diciptakan oleh Allah dan karenanya secitra dengan Allah, ia punya martabat, derajat, dan hak yang sama dengan manusia lain bdk. Compendium art. 111. Segala perbedaan manusia karena warna kulit, bahasa, agama, kelompok, pangkat, posisi, identitas, dan sebagainya runtuh dan tidak bisa menjadi kriteria utama dalam menentukan bagaimana harus bersikap terhadap orang lain. Konsekuensi kedua, karena secitra dengan Allah, maka pribadi manusia jauh lebih penting daripada benda dan ciptaan lain bdk. Compendium art. 133. Karena itu, manusia tidak pernah bisa dan tidak boleh diperlakukan sebagai sarana atau alat. Justru karena sederajat dalam martabat dan hak, tidak ada manusia yang berhak memperalat manusia lain. Setiap tindakan memperalat manusia demi kepentingan manusia lain otomatis berarti merendahkan martabat manusia. Namun, tidak hanya berhenti di situ. Karena manusia adalah citra Allah dan ciptaanNya yang paling sempurna, tindakan tersebut juga bermakna merendahkan Allah sendiri. Secara positif, hal itu dapat dirumuskan sebagai “manusia adalah tujuan”. Konsekuensi berikutnya adalah manusia memiliki dimensi sosial. Manusia tidak diciptakan seorang diri. Karena itu, pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang secara erat tergantung kepada orang lain. “Rukun hidup manusia merupakan bentuk pertama persekutuan antar pribadi. Sebab dari kodratnya yang terdalam manusia bersifat sosial; dan tanpa berhubungan dengan sesama ia tidak dapat hidup atau mengembangkan bakat-pembawaannya.” GS art. 12. Dimensi sosial manusia bukanlah faktor tambahan. Dimensi tersebut melekat erat dalam dirinya. Bahkan dokumen konsili di atas menyebutnya sebagai bagian dari “kodrat yang terdalam manusia”. Hal ini menggarisbawahi sifat ketergantungan manusia terhadap sesamanya. Ketergantungan ini bukan hanya menyangkut soal hidup. Bahkan kemampuan manusia untuk maju dan berkembang tergantung pada orang lain bdk. GS art. 25. Agar berkembang secara layak, manusia memiliki kecenderungan alami akan ikatan sosial seperti masyarakat, negara, maupun ikatan sosial privat seperti serikat buruh, dsb. Dimensi sosial ini secara teguh melandasi paham ajaran sosial Gereja tentang kesejahteraan umum dan solidaritas. Seluruh pandangan, ajaran, dan sikap Gereja tentang manusia dan kehidupan didasari oleh prinsip martabat manusia ini, yaitu bahwa manusia adalah citra Allah. Dokumen-dokumen sosial dari para paus berangkat dari prinsip ini. Begitu pula, respon Gereja terhadap persoalan-persoalan ketidakadilan dan masalah-masalah di tengah masyarakat didasari oleh keyakinan akan pribadi manusia sebagai cerminan Allah sendiri. Manusia adalah citra Allah, karena itu memiliki hak dan martabat sederajat serta harus menjadi tujuan dari setiap kebijakan dan program pembangunan. Referensi “Gaudium et Spes Konstitusi Pastoral tentang Gereja dalam Dunia Modern” dalam Dokpen KWI. Dokumen Konsili Vatikan II. Jakarta Obor 1993. Paulus II, Yohanes 1991. Centesimus Annus. Pontifical Council for Justice and Peace 2004. Compendium of the Social Doctrine of the Church. _______ 2001. The Social Agenda a Collection of Magisterial Texts.
.
  • 34pmds4pbj.pages.dev/83
  • 34pmds4pbj.pages.dev/363
  • 34pmds4pbj.pages.dev/329
  • 34pmds4pbj.pages.dev/109
  • 34pmds4pbj.pages.dev/456
  • 34pmds4pbj.pages.dev/209
  • 34pmds4pbj.pages.dev/20
  • 34pmds4pbj.pages.dev/473
  • jelaskan ajaran gereja tentang keberagaman manusia