Foto Memasuki Musim Penghujan, Siapkan Upaya Pencegahan Bencana Hidrometeorologi JAKARTA - Musim penghujan tahun 2019 di Indonesia akan masuk pada akhir bulan Oktober hingga pertengahan bulan November, sebagaimana menurut perkiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika BMKG belum lama ini. Masa peralihan dari musim kemarau menuju musim penghujan ditandai dengan beberapa gejala alam yang disebut pancaroba seperti berubahnya suhu dan cuaca secara drastis, munculnya mendung tebal disertai petir, gelombang pasang air laut, angin kencang hingga angin puting beliung. Musim penghujan sendiri dapat menjadi pemicu terjadinya bencana hidrometeorologi seperti tanah longsor dan banjir dengan ditambah beberapa faktor seperti lingkungan yang tidak terawat dengan baik, alih fungsi hutan pegunungan, dan budaya membuang sampah sembarangan. Oleh karena itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB menghimbau agar masyarakat mulai melakukan persiapan dini dalam menghadapi peralihan musim tersebut melalui upaya-upaya pencegahan seperti memangkas daun dan ranting terutama untuk pohon-pohon yang besar, tidak membuang sampah sembarangan, menjaga kebersihan lingkungan, membersihkan saluran air hingga sungai, selalu membawa payung atau jas hujan selama beraktivitas di luar ruangan, dan selalu memperbarui informasi perkiraan cuaca yang bersumber dari pihak berwenang. Sedangkan untuk upaya jangka panjang, masyarakat bisa melakukan penanaman pohon yang dapat mencegah terjadinya longsor sekaligus mengikat air tanah sebagai cadangan saat kemarau panjang tiba. Adapun beberapa jenis pohon tersebut di antaranya; beringin karet, matoa, jabon putih, sukun, mahoni dan sebagainya. Menurut BMKG, terlambatnya musim penghujan di Indonesia juga dipengaruhi oleh fenomena El Nino yang panjang pada tahun ini. Hal tersebut sekaligus berdampak pada bencana kekeringan panjang di berbagai wilayah di Indonesia. Selain itu, kemarau panjang juga telah menjadi penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan, yang banyak dipengaruhi oleh faktor manusia. "Menurut berbagai inteview dan data lapangan menunjukkan lahan yang terbakar ini 80% berubah jadi lahan perkebunan. Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa 99% karhutla disebabkan oleh ulah manusia," kata Kepala BNPB, Doni Monardo. Menurut data yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan KLHK, luas kebakaran hutan hingga Agustus 2019 mencapai 328 ribu hektar dan tersebar di beberapa provinsi seperti; Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Jambi, Riau, Sumatera Selatan, Aceh hingga Nusa Tenggara Timur. Upaya-upaya pemadaman karhutla sudah dilakukan BNPB seperti melalui pemadaman darat oleh tim gabungan, pemadaman udara dengan water bombing dan melalui Teknologi Modifikasi Cuaca TMC dengan menaburkan benih garam NaCl ke bibit-bibit awan. Kendati demikian, upaya tersebut belum cukup maksimal. Kepala BNPB menyatakan bahwa hal tersebut dikarenakan kedalaman gambut sendiri mencapai hingga 36 meter di dalam tanah. Sehingga satu-satunya solusi untuk karhutla adalah hujan. Namun, Kepala BNPB memiliki solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang selalu ada dari tahun ke tahun tersebut melalui upaya pencegahan, sebagaimana yang telah dimandatkan oleh Presiden Joko Widodo dalam Rapat Koordinasi Karhutla di Riau pada September 2019 lalu. Bentuk upaya pencegahan itu meliputi pemberdayaan masyarakat daerah karhutla sebagai pelaku utama agar ke depannya tidak lagi melakukan pembakaran hutan dan lahan dengan tujuan pembukaan lahan. "Jika selama ini warga dibayar untuk membakar, maka kita akan bayar mereka untuk tidak membakar," kata Doni Monardo Selain itu, alternatif yang lain adalah dengan melakukan gerakan budidaya jenis tanaman produktif yang dapat ditanam di lahan gambut dan menghasilkan pundi-pundi ekonomi seperti nanas, buah naga, cabai, kopi liberica, sagu, sukun dan sebagainya. Gambut sendiri merupakan vegetasi yang seharusnya basah dan berair. Membiarkan gambut yang kering berarti membiarkan gambut menjadi 'batubara muda'. Oleh sebab itu, dengan mengembalikan kodrat gambut yang basah dengan membuat kanal air juga menjadi salah satu alternatif untuk mencegah terjadinya karhutla agar tidak merugikan manusia dan juga alam seisinya. Sehingga dengan kita jaga alam maka alam jaga kita. Agus Wibowo Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Bencana BNPB
Daerahtersebut merupakan daerah yang rawan banjir ketika musim penghujan telah datang. Pentingnya melakukan penulisan untuk membahas penyebab banjir di daerah tersebut, maka penulis tertarik untuk memberi judul dalam makalah ini tentang " Banjir ibukota dan penanggulangannya ". 1.2 Perumusan Masalah Cerita pentingnya penanganan sampah dalam menghadapi datangnya musim penghujan Sepertiberita yang pernah kita dengar bahwa kamasan banjir setinggi 2 m, apa penyebab banjir itu terjadi ? jawabnya singkat yaitu "Sampah". Bahkan beberapa bulan ke belakang sempat terjadi banjir yang sangat parah, diakibatkan orang-orang membuang sampah seenaknya ke aliran Sungai Cisangkuy disusul dengan datangnya musim penghujan.Selong Suara NTB – Persoalan sampah hingga saat ini masih menjadi momok. Pasalnya, setiap musim penghujan, sampah merupakan faktor utama terjadinya banjir. Termasuk sumber datangnya penyakit. Untuk itu, dalam mengatasi hal tersebut dibutuhkan kesadaran dan perilaku rumah tangga yang dibuang secara sembarangan tidak hanya mencemari lingkungan pada pemukiman warga. Akan tetapi masuk juga ke kawasan pantai yang berdampak buruk terhadap kesuburan eksosistem laut dan rusaknya keindahan dari wilayah pariwisata itu yang terdapat di pantai Labuhan Haji. Pasalnya, pantai yang terletak yang tidak jauh dari Kota Selong ini masih dibanjiri sampah yang cukup memprihatinkan. Hampir di sepanjang bibir pantai ini dipenuhi oleh sampah baik organik maupun tersebut tidak hanya menjadi momok bagi masyarakat setempat, melainkan juga bagi pengunjung. Di mana, sampah-sampah itu disebabkan lantaran terbawa arus hingga terdampar di Pantai Labuhan satu warga Desa Labuhan Haji, Alfian, menyebutkan dampak dari menumpuknya sampah di pantai tidak hanya berdampak pada tingkat kunjungan dari objek wisata itu sendiri. Melainkan pula sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekosistem laut. Apabila suatu pantai terbebas dari sampah, maka pertumbuhan ekosistem laut semakin baik. “Sampah ini memang sangat banyak sekali dampak negatifnya. Sekali lagi harus menjadi perhatian serius,”tegasnya hal tersebut, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan DLHK Lotim, Mulki, SSTP.,MM., menjelaskan, untuk penanganan sampah di pantai, pemerintah saat ini belum dapat maksimal. Untuk itu diharapkan kepada pemerintah desa dan masyarakat setempat untuk menangani masalah itu secara bertahap dan gotong royong meskipun pemerintah daerah melakukannya secara manual.“Kita mengimbau kepada pemerintah desa untuk membersihkan sampah-sampah tersebut secara berkesinambungan. Tidak hanya mengandalkan pemerintah daerah. Karena sampah di pantai ini memang menjadi momok yang sangat meresahkan,” sampah menjadi suatu hal yang harus diperhatikan lebih serius, terlebih ketika musim penghujan saat ini. Menurut Mulki, meluapnya air dari saluran irigasi dipicu akibat penyumbatan sampah pada saluran irigasi. Sementara dalam penanganannya, DLHK Lotim masih kekurangan armada dan personel untuk mengcover 21 kecamatan di untuk saat ini pihaknya menyiagakan tiga regu siaga yang terdiri dari 30 orang. Para petugas itu stand by untuk menjaga hal-hal yang sifatnya emergency berupa luapan air, pohon tumbang dan lain sebagainya yang sewaktu-waktu terjadi pada musim penghujan tahun ini. Jumlah itu, katanya, tentunya sangat sedikit jika dibandingkan dengan luar wilayah di Kabupaten Lotim. “Memang yang masih menjadi kendala kita adalah keterbatasan armada dan personel,” dari itu, ia mengajak keterlibatan desa dan semua stakeholder untuk berpartisipasi bersama-sama mencintai lingkungan dengan melakukan pembersihan terhadap saluran irigasi minimal satu minggu satu kali. Apabila itu secara rutin dilakukan, katanya, maka dipastikan tidak ada lagi ditemukan penyumbatan-penyumbatan pada saluran irigasi yang menyebabkan terjadinya banjir. “Kita berharap pemerintah desa juga berpartisipasi. Minimal satu seminggu sekali gotong royong membersihkan lingkungan di tingkat desa,” itu sejalan dengan Program Sistem Padasuka yang diluncurkan oleh DLHK Lotim. Program itu merupakan program desa sadar kebersihan. Bersih dari sampah, bebas dari kumuh, dan bebas dari gersang. Dalam program ini, bagaimana dibangun TPS, bank sampah dengan melibatkan masyarakat secara penuh. yon
Menggunakanmetode penanaman mulsa plastik, untuk mengurangi kelembabapan media tanah. Melakukan penyemprotan dengan bakterisida, terutamanya agrimycin, kuprocat, plantomycin dan lainnya sesuai dengan dosis yang ditentukan. 2. Busuk di akibatkan lalat buah. Busuk di akibatkan lalat buah merupakan salah satu masalah atau gangguan yang sering JAKARTA - Masyarakat Jakarta diimbau untuk mewaspadai persoalan sampah di musim penghujan pada Desember 2013 hingga Januari 2014. Pasalnya, curah hujan pada peralihan tahun ini cukup tinggi."Ini perlu diwaspadai. Jika banjir, disertai sampah-sampah, maka semakin banyak penyakit yang bisa menyerang warga. Jika pemukiman warga bersih dari sampah, maka ini bisa saja meminimalisir tersumbatnya gorong-gorong atau saluran air lainnya,'' ujar calon anggota DPD dari daerah pemilihan DKI Jakarta, Rommy, Senin 30/12.Menurut Rommy, sudah banyak kebijakan Pemprov DKI untuk mengatasi sampah, khususnya untuk mencegah banjir dan sampah ini. ''Namun, kampanye perilaku bersih atau "jangan nyampah" ini harus terus didukung dengan manajemen pengelolaan sampah yang baik,'' tutur pria yang dijuluki "Si Anak Kampung Jakarta" sisi pemerintah, lanjut dia, bisa dilakukan penyediaan fasilitas pengakutan sampah dari rumah penduduk hingga tingkat kelurahan dengan cara memperbanyak fasilitas penjemputan sampah agar tidak tertimbun lama di pemukiman warga. ''Pengangkutan sampah yang rutin ke perkampungan ini bisa mengurangi perilaku warga agar tidak membuang sampah ke aliran kali/sungai," ungkap Rommy. Selain itu, kata dia, pemerintah bisa menyediakan banyak tong sampah di tempat umum. Rommy mengungkapkan, perilaku nyampah seringkali terjadi karena minimnya serta sulitnya menemukan tong sampah di tempat umum. "Jika diluar negeri, orang bisa sampai memiliki perilaku menyimpan sampahnya di dalam tas sampai mereka menemukan tong sampah, hal ini sangat langka dijumpai di Indonesia," itu, papar Rommy, penyediaan tong-tong sampah di kendaraan umum atau disepanjang jalan, atau juga di banyak titik di perkampungan warga perlu dilakukan. Ia mencontohkan, di Ciracas JakTim hanya ada dua gerobak sampah yang sudah tidak memadai tapi warga juga berpartisipasi aktif membuat gerobak.''Alangkah baiknya jika Pemprov DKI bisa menyediakan sarana gerobak lebih banyak atau mengubahnya dengan mesin/truk pengangkut sampah sehingga sampah tidak akan tertimbun lama disekitar area pemukiman,'' ungkap sudah banyak contoh kampung-kampung kumuh yang bisa disulap menjadi kampung bersih, dan juga memberdayakan warga untuk mengelola industri sampah yang bisa didaur ulang. ''Ibu-ibu rumah tangga atau anak-anak muda yang belum memiliki pekerjaan pun bisa berkreatif dan menghasilkan uang dari bisnis kreatif semacam ini. Label bahwa sampah itu hanya dekat dengan kata tukang bersih dan pemulung pastinya bisa diatasi dengan mendiversifikasi jenis pekerjaan yang terkait dengan pengelolaan sampah ini,'' tegas Rommy.Penyebabdari bencana banjir baik yang disebabkan alam dan ulah manusia sebenarnya memperlihatkan bahwa kurangnya kesadaran manusia itu sendiri akan pentingnya menjaga lingkungan. 2.3. Solusi Persoalan Banjir. Persoalan banjir merupakan persoalan bersama yang harus dilakukan secara tepat dan baik demi kehidupan yang lebih baik dan nyaman
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Banyak sampah yang terbengkalai di sekitar kita. Saluran air yang penuh dengan sampah. Bahkan tempat pembuangan akhir sampai menggunung. Menurut kementerian lingkungan hidup dan kehutanan KLHK menyebutkan bahwa pada tahun 2020 Indonesia menghasilkan 67,8 juta ton sampah yang terhitung. Sampah tersebut bersumber dari 37,3% sampah rumah tangga, 16,4% dari pasar tradisional, 15,9% dari kawasan komersil dan 14,6% sampah berasal dari sumber lain. Dari data KLHK tersebut dapat dilihat bahwa sumbangsi sampah terbesar adalah dari limbah rumah tangga, ditambah dengan kebiasaan kita di era pandemi ini yang sering menggunakan kemasan-kemasan sekali pakai. Tak bisa dipungkiri jumlah produksi sampah meningkat. Karena pada dasarnya saat kita belanja online, itu menambah jumlah sampah plastik contohnya bubble wrap masih ditambah lagi plastik pembungkusnya. Adanya banyak sampah disekitar kita tentu membuat kita tidak nyaman, selain menimbulkan bau yang tidak sedap juga dapat menjadikan sarang penyakit. Tidak hanya itu, sampah juga dapat menyebabkan bencana alam seperti banjir. Selain itu saat kita membuang sampah di sungai juga akan mencemari air. Mengurangi jumlah air bersih. Hal tersebut juga menjadikan banyak hewan laut dan komoditas air terganggu dan terancam punah. Meningkatnya jumlah sampah tersebut juga dikarenakan pengelolaan sampah yang kurang baik bahkan TPA terkesan menjadi gunung sampah yang siap meledak. Dan pemerintah terasa kurang berperan langsung dalam lapangan dengan melakukan sosialisasi maupun inovasi yang dibuat untuk menanggulangi masalah sampah pembuangan ahir TPA yang menggunung terjadi karna 2 hal, yaitu 1. Lambatnya pemrosesan atau pengolahan sampah 2. Banyak dan cepatnya sampah yang datang. Lambatnya pemrosesan mungkin bisa diatasi dengan memperjelas mau diapakan sampah-sampah tersebut. Akan lebih mudah kalau sudah langsung dibedakan dan tidak di tumpuk bersamaan. Misalnya sampah organik diangkut oleh mobil di hari senin. Kemudian hari yang berbeda digunakan untuk mengangkut sampah plastik. Tempat pengumpulannya juga harus dibedakan, sehingga nantinya bakal lebih mudah untuk melanjutkan mau diapakan sampah sampah tersebut. Hal ini akan memudahkan dalam mengatasi permasalahan nomer 1. Untuk mengatasi permasalahan nomer 2 bisa dengan sosialisasi tentang kepekaan terhadap sampah, memilih dan menempatkan sampah sebagaimana mestinya, bukan hanya membuangnya tanpa memikirkannya. 1 2 Lihat Nature Selengkapnya .